Ialah Dianing seorang lulusan sarjana dari UI jurusan
ekonomi yang akhirnya memilih untuk menjadi seorang guru TK dhuafa.
Suatu saat ketika Dianing sedang menggantikan seorang guru TPA yang cuti
karna mabuk berat di usia kehamilan awalnya, salah seorang wali murid
TPA yang menunggu anaknya mengaji berkata kepada walimurid TPA yang
lain. "Bu Dianing itu tukang sayur ya?" Sang ibu Dianing yang kebetulan
ada disana bersama si walimurid sambil menjaga cucu kesayangannya
langsung menjawab dengan agak marah. Ibu Dianing menjelaskan bahwa
Dianing bukan tukang sayur tapi lulusan sarjana ekonomi dari UI. Dianing
hanya tersenyum ketika sang ibu menceritakan perihal kejadian itu
dengan nada suara tidak suka.
Nak.. kisah diatas bukanlah fiktif. Dianing adalah bunda.
Inilah bunda yang hari ini memilih hanya di rumah membersamai anak-anak
bunda sambil mengajar TK dhuafa dan kadang menggantikan guru TPA dhuafa.
Inilah bunda yang memilih beraktifitas di rumah mengajar dan mengurus
TK dan TPA dhuafa. TK dan TPA ini bukan milik bunda, begitupun rumah
yang kakak tinggali hari ini. Tapi qadarullah bunda yang diamanahkan
untuk berada di rumah yang setiap hari disibukkan oleh kegiatan sekolah
dan mengaji anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak. Lalu apakah bunda malu
ketika bunda disebut tukang sayur? Tidak. Mungkin bunda mirip tukang
sayur yang dikenal si walimurid, atau penampilan bunda yang sederhana
lebih mirip tukang sayur ketimbang perempuan yang sempat mengenyam
bangku perkuliahan? Entahlah.. yang jelas perkataan itu sama sekali
tidak melukai bunda. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat?
Nak.. tapi bunda lupa ada seorang ibu yang telah berjuang
dengan sekuat tenaganya agar bunda bisa sekolah. Agar bunda bisa menjadi
perempuan yang berpendidikan. Ada seorang ibu yang berjuang agar bunda
kelak bisa sukses di dunia dengan pekerjaan dan karir yang bagus. Agar
bunda bisa membuatnya bangga.
Nak.. tapi sayang hari ini bunda tidak bisa membuatnya
bangga. Baginya kebanggaan adalah ukuran dunia bukan akhirat. Baginya
tujuan akhir dari pendidikan tinggi adalah meraih gelar yang
dipergunakan untuk meraih penghasilan sebaik-baiknya. Inilah nak yang
membuat bunda dan mbah uti menjadi sangat.. sangat berbeda. Bunda tidak
paham seberapa marah atau kecewanya mbah uti mendengar kata 'tukang
sayur' yang ditujukan untuk bunda. Sama seperti mbah uti tidak pernah
paham mengapa bunda hari ini tetap dengan pendirian bahwa bunda hanya
akan di rumah saja bersama anak-anak dan menanggalkan gelar sarjana
bunda. Bagi mbah uti tugas mengasuh anak-anak bisa dilemparkan kepadanya
atau asisten rumah tangga. Sedang bunda harus bekerja agar kehidupan
bunda bersama ayah jauh lebih baik dari hari ini. Engkau tau.. Diantara
tiga guru TK dhuafa di rumah kita ada salah satunya yang hanya tamat
SMA. Lalu apakah kedudukan bunda dan ia jadi berbeda? Tidak. Kami
mengajar dengan panggilan hati karna Allah.
Nak.. Bunda tidak disiapkan untuk menjadi istri yang baik
serta ibu yang mengasuh dan mendidik anak, tapi bunda dipersiapkan untuk
jadi perempuan berkarir, bekerja dengan ulet agar memperoleh gelar
'sukses' dimatanya.
Nak.. bunda dan mbah uti adalah perempuan-perempuan dari
generasi berbeda yang dibesarkan dengan lingkungan, kondisi dan
pengalaman hidup yang berbeda. Itulah yang menyebabkan mengapa sampai
hari ini bunda dan mbah uti memiliki cara pandang tentang hidup yang
sangat berbeda. Mbah uti adalah perempuan yang hampir tidak pernah
mengenyam bangku pendidikan. Setelah menikah ada penyesalan mendalam
pada dirinya karena beliau tidak bisa membelanjakan uang suami
sekehendaknya. Maka sejak saat itu beliau bertekad menjadikan bunda
perempuan yang memiliki finansial freedom untuk diri sendiri tanpa
tergantung kepada nafkah suami. Ketahuilah nak.. bahwa pada sebahagian
rizki suami ada rizki untuk istri dan anak-anaknya.
Nak.. bunda tidak merasa menjadi lebih baik dari mbah uti
dengan kisah di atas. Kalau hari ini bunda mendapat hidayah dari Allah
untuk menjadi perempuan yang lebih baik itu tak lain karna doa-doa mbah
uti yang bunda tidak pernah tau dan mungkin juga doa-doa mbah uti yang
mbah uti sendiri tidak sadar bahwa mbah uti mendoakan segala kebaikan
buat bunda. Inilah kekuatan doa seorang ibu nak..
Nak.. setinggi apapun sekolahmu.. tugasmu sebagai perempuan
adalah menjadi istri dan ibu. Istri yang menyenangkan hati suami, ibu
yang mengasuh dan mendidik anak-anak. Jadilah perempuan-perempuan yang
tangguh dengan iman yang kokoh.. karna kelak tugasmu setelah menikah
akan semakin berat. Kalian akan menjadi generasi perempuan yang jauh
lebih hebat dari bunda. Insya Allah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar