Rabu, 14 Desember 2016

Empat Tahun

Suamiku.. Hari ini genap 4 tahun kebersamaan aku dan kau. Hari-hari bahagia, hari-hari sedih, hari-hari ketegangan, hari-hari sulit dan hari-hari dimana aku dan kau tumbuh bersama. Membangun sebuah peradaban kecil di dalam rumah kita. Syukur tiada hingga kepada Sang Pencipta bahwa hari ini kita tidak tumbuh berdua saja, ada dua mujahidah mungil menyertai perjalanan aku dan kau. Memberi pelangi indah dalam rumah kita.

Suamiku.. Ketika kutanyakan apakah engkau bahagia? Kau katakan "Ya". Lalu engkau menatapku sedih. Katamu engkau belum bisa membahagiakanku. Ketahuilah bahwa tulisanku hari ini adalah tulisan kebahagiaanku atas kebersamaan aku, engkau dan dua mujahidah kecilmu. Jikalau ada kesedihan, jakalau ada kesulitan, itulah sunnatullah kehidupan dengan rodanya yang terus berputar. Itulah pembelajaran bagiku, bagimu.. agar terus bersabar, agar terus berjalan menegakkan kepala, agar terus memperbaiki diri, agar terus senantiasa bersyukur kepada Sang Pemilik Waktu.

Suamiku.. Terimakasih telah tumbuh bersamaku hingga hari ini. Bersamamu aku belajar bersabar dengan segala keadaan. Bersamamu aku belajar menjadi seorang istri, seorang ibu yang setiap hari berusaha memperbaiki diri. Bersamamu aku banyak merenungi hikmah dari setiap kejadian. Bersamamu aku belajar mengenal apa itu ikhlas.

Suamiku.. Aku tidaklah sempurna, begitu juga dirimu. Ketidaksempurnaanlah yang menyempurnakan kita. Dengan ketidaksempurnaan kuajak engkau bersama-sama berlelah-lelah dalam ketaatan kepada-Nya, berlelah-lelah dalam pengasuhan, berlelah-lelah dalam kebermanfaatan untuk umat. Karna sebenar-benar tempat istirahat hanyalah di syurga-Nya. Suamiku.. Mungkin tak akan selamanya aku akan membersamaimu dalam perjalanan ini. Mungkin hari ini, esok, lusa, setahun, duatahun, entah kapan waktunya aku akan mati. Meninggalkanmu, meninggalkan anak-anak.. Maka ketika saat itu tiba ikhlaskanlah diriku.. maafkanlah aku.. Ridholah kepadaku. Karna sesungguhnya aku hanyalah tulang rusukmu yang selalu bengkok.

Suamiku.. Ketika aku tak lagi mendampingimu.. carikanlah seorang perempuan yang akan mengasuh para jundimu. Carikanlah ibu untuk para mujahid-mujahidahmu. Perempuan sederhana nan sholeh, perempuan yang kelak akan membawa jundimu menjadi pembela-pembela agamamu. Pahamilah ia visi besarmu mendidik anak. Ajaklah ia memahami bagaimana Islam menjaga fitrah anak. Ajarkanlah ia bagaimana engkau mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi akhir zaman. Jadikanlah ia guru bagi anak-anakmu. Karna sesungguhnya anak-anak adalah tanggung jawab ayah dan ibunya. Bukan kakek neneknya, bukan paman bibinya. Maka jangan biarkan jundimu diamanahkan kepada selain guru sejatinya, ibunya. Cintailah ia sebagaimana engkau mencintaiku. Belajarlah mencintainya sebagaimana aku belajar mencintaimu. Cintailah ia karna Allah.

Suamiku.. Ketika aku mendahuluimu. Hilangkanlah kesedihanmu. Bangkitlah dengan segera. Karena masih banyak tanggung jawab menantimu di depan. Besarkanlah hatimu untuk membesarkan hati anak-anak. Pahamilah orang-orang disekelilingmu bahwa tanggung jawab pengasuhan ada di tanganmu, betapapun sempitnya keadaanmu. Karna sejatinya kesuksesan adalah bukan ukuran dia melainkan bisa membawa serta keluarga

Semoga Allah senantiasa memberkahi waktuku, waktumu, waktu anak-anak hingga selalu dalam ketaatan kepada-Nya.

Istri yang menyayangimu
Dini Kurnianing
Depok, 15 Desember 2016

Kamis, 08 Desember 2016

212

Nak.. malam itu sekitar pukul 11 ayah berbisik lembut di telinga bunda yang sedang tertidur “bunda, ayah berangkat”. Setengah sadar bunda menanyakan kelengkapan perlengkapan yang akan ayah bawa. Ayah tidak dalam tugas kantor nak.. tapi malam itu ayah akan berangkat kembali untuk seruan aksi. Ayah akan berangkat bersama jamaah lainnya berjalan kaki dari Depok menuju Jakarta, Monas tepatnya. Nak.. inilah aksi umat Islam yang ke-3. Setelah aksi sebelumnya tanggal 4 November lalu. Malam itu bunda tidak bisa tertidur nyenyak. 

Nak.. tahukah engkau? Mengapa umat Islam kembali lagi dalam satu kalimat Aksi Bela Islam? Karena tuntutan umat Islam bahwa sang penista agama harus dijerat hukum belum juga terlaksana. Karna itu kami umat Islam kembali lagi bersatu meminta kepada presiden agar hukum ditegakkan. Agar tidak ada lagi orang-orang kafir yang dengan mudah mulutnya menghina Al-Quran. Agar izzah umat Islam tetap terjaga. Maka kewajiban kami umat Islam membela agama kami. 

Nak.. pagi itu bunda merasakan lelahnya membersamai Kakak Sarah dan Adik Shabira sekaligus mengurus pekerjaan rumah tanpa ayah. Ingin sekali rasanya bunda berkeluh. Ingin sekali meminta ayah lekas pulang. Namun bunda membayangkan betapa lelah bunda tak seberapa dibandingkan ayah yang berjalan kaki berkilo-kilometer malam itu. Dan masih belum seberapa dibandingkan umat Islam yang berjalan kaki beralas sandal dari kota Ciamis. Ketika bus-bus dilarang memberangkatkan jamaah aksi ke Jakarta. Maka mereka dengan niat tulus karna Allah berangkat melangkahkan kakinya. Kaki-kaki yang kelak di yaumil hisab akan berbicara memberi persaksian akan jihadnya di dunia. Kaki-kaki yang lecet dan kelelahan sepanjang perjalanan tidak menyurutkan langkah-langkah mereka. Nak.. tahukah engkau.. bahwa  di sepanjang perjalanan menuju Jakarta warga menyiapkan hidangan-hidangan untuk disantap para mujahid Ciamis. Tanpa disuruh, tanpa diminta, tanpa didanai, sungguh hanya karna Allah. Bukan cuma jemaah dari ciamis nak.. Maka jamaah dari dari bogor, dari bandung pun melangkahkan kaki-kakinya menuju Jakarta. Inilah solidaritas islam nak.. mereka ingin merasakan bagaimana jamaah Ciamis berlelah-lelah karna Allah.

Nak.. hari itu Jumat 2 Desember 2016. Jakarta sekali lagi dipenuhi barsisan-barisan putih membentang dari Monumen Nasional, melebar ke jalan-jalan protokol Jakarta sekitarnya. Seperti suasana haji di Mekah. Jutaaan sajadah membentang memenuhi jalan-jalan besar kota. Shaf-shaf berderet dengan rapih. Taman-taman terjaga dari injakan kaki.  Jumat itu tidak kurang tujuh juta umat muslim menunaikan sholat jumat berjamaah. Salah satu sholat Jumat terbesar sepanjang sejarah umat Islam. Setelah sebelumnya Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 menggelar sholat Jumat di sepanjang pantai Marmara hingga selat Golden Horn sepanjang 4 km sebelum menaklukkan benteng Konstatinopel. Nak.. bayangkanlah betapa dahsyatnya kekuatan Islam hari itu. Islam yang hari ini di negeri kami seolah-olah tak dipandang, dihina, dipandang sebelah mata, tapi hari itu juga dipersatukan hatinya oleh Allah dalam satu jamaah.

Nak.. Tahukah engkau.. Jutaan manusia hari itu sungguh dalam perlindungan Allah. Hidangan-hidangan melimpah memenuhi ruas jalan yang sengaja terhidang untuk para mujahid-mujahidah. Angin sejuk dan gerimis kecil melindungi para mujahid dari panas dan pengap karna banyaknya orang.
Nak.. yang lebih dasyat lagi adalah ketika Allah mendatangkan hujan besar di tengah-tengah para jamaah sesaat sebelum sholat Jumat dimulai. Seakan-akan Allah sengaja mensucikan para mujahid. Allah hapuskan lelah, amarah dan meneguhkan hati para jamaah aksi hari itu dengan turunnya hujan sebagaimana Allah SWT berfirman:
اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ  مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ  الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَ 
"(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 11). 

Tak ada satupun jamaah yang bangkit dari shafnya. Semua khusuk, terharu dalam diam sampai akhir solat yang dititup dengan doa qunut yang panjang. Doa qunut yang sering menjadi perdebatan, tapi tidak hari itu. Inilah umat Islam nak.. bersatu dalam naungan Ilahi. Betapa rindunya kami akan bersatunya umat ini nak..

Nak ketahuilah hari jumat adalah hari dikabulkannya doa. Dan engkau tau? Hujan adalah saat mustajab doa-doa diijabah. Bayangkan jika jamaah saat itu berdoa nak.. Bayangkanlah.. para malaikat turun menaungi para jamaah dan mengaminkan doa para jamaah. 

Nak.. betapa irinya bunda kepada para jamaah aksi yang hadir hari itu. Tapi inilah jihad bunda.. mengurus rumah dan dua mujahidah kecil bunda yang kelak akan meneruskan perjuangan ayah dan para mujahid 212 hari itu. Nak.. ingatlah.. tolonglah agama Allah dan Allah akan menolongmu..

Depok, 7 Desember 2016
Sambil memangku adik yang sedang tertidur karna sakit.