Rabu, 19 April 2017

Ibu Hebat



Alhamdulillah.. tiada rasa syukur yang luar biasa kepada Sang Pemilik Raga. Walaupun hari ini saya dalam kondisi dikatakan sakit TB tapi saya merasa dalam keadaan yang sehat sekali. Tidak ada sesuatu yang kurang sedikitpun. Rabu dua minggu yang lalu dokter mengatakan saya sakit TB setelah sebelumnya saya tiba-tiba batuk panjang dan muntah darah. Rasa sesak di dada dan pendeknya nafas saya rasakan setelah muntah darah. Tapi alhamdulillah hari ini saya tidak merasa sakit kalau saja dokter tidak menganjurkan saya terus minum obat TB dan saya masih harus terus memakai masker di rumah mencegah penularan ke anak-anak. Hanya rindu yang tak terperi kepada anak-anak lantaran tidak bisa membaui mereka dari jarak sangat dekat. Sejak obat rutin diminum, saya tidak pernah lagi mencium anak-anak begitupun suami. Ya Allah betapa malangnya nasib ibu yang tidak bisa mencium anak-anak balitanya padahal mereka dekat.

Hari ini usia saya 33 tahun, kakak Sarah 3 tahun dan adik Shabira 1 tahun. Anak-anak hebat dengan keceriaannya masing-masing. Sebagai ibu yang memiliki anak hebat sudah seharusnya saya menjadi ibu hebat. Saya sering sekali berkata kepada kakak "Ayo anak hebat pasti bisa!". Kalau saya dengan percaya diri mengatakan kakak adalah anak hebat, seharusnya saya juga percaya diri untuk mengatakan saya adalah ibu hebat. Saya yakin ibu hebat bukan ibu yang tidak pernah tidak salah tapi ibu yang selalu mau belajar memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Karena ibu sejatinya adalah madrasah pertama untuk anak-anak, maka sudah selaknya ibu sebagai guru menjadi pembelajar sejati agar menjadi ibu guru yang patut ditiru keteladanannya.Yah..berbekal keyakinan itulah saya mengikuti kuliah dan seminar-seminar parenting.

Hari ini saya mengikuti program matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP).Sejujurnya saya belum paham betul bagaimana IIP ini membuat program bagi para perempuan untuk menjadi seorang ibu profesional. Dengan keyakinan ini adalah program yang baik, maka saya yakikan diri saya untuk mengikuti program ini. Rasanya masih abu-abu karna belum paham benar. Seingat saya matrikulasi semasa kuliah dulu adalah penyamarataan mata kuliah. Dulu ketika saya menambil jurusan manajemen di FEUI saya tidak perlu ikut matrikulasi karena mata kuliah D3 saya dulu sudah mencakup pelajaran dasar yang ada di jurusan manajemen. Yah ini mungkin penyamarataan supaya para peserta bisa mengambil mata kuliah selanjutnya. Sama seperti kuliah-kuliah sebelumnya, saya tetap semangat mengikuti matrikulasi IIP ini. Pertama karena tugasnya lagi-lagi menulis dan saya sedang memaksa diri saya untuk menulis. Berarti mengikuti matrikulasi ini adalah jodoh saya. Kedua karena mengikuti matrikulasi ini adalah bagian dari menuntut ilmu. Maka insya Allah bernilai pahala di sisi Allah. Bismillah.. semangat yuk bunda ikut program matrikulasi!

Minggu, 16 April 2017

Lebih Dekat dengan Allah


Assalamu'alaikum sholehah.. 

Sepertinya tulusan bunda sudah mulai agak jarang yah? Bismillah bunda berusaha kembali untuk istiqomah. Mudah-mudahan minimal seminggu sekali bisa menulis.

Alhamdulillah sekolah parenting Mommee yang bunda ikuti sudah berakhir. Alhamdulillah bunda bisa mengikuti semua sesinya dan tugas-tugas menulisnya dengan baik. Dan bunda terpilih menjadi peserta terbaik. Bunda tidak paham bagaimana aspek penilaiannya. Bunda hanya rajin 'menyemai', itu saja. Membuat surat kepada kakak dan adik dari kejadian keseharian yang bunda atau kakak adik alami. Tugas yang menyenangkan buat bunda. Senangnya juga bunda di sekolah Mommee ini banyak sekali dapat hadiah mulai dari awal sampai sekolah selesai.

Ketika bunda ikut sekolah parenting Mommee ini, tidak semua materi bunda ingat. Hanya poin-poin tertentu yang bunda ambil sebagai pelajaran atau hikmah selama kehidupan berumah tangga dengan ayah sebelum dan sesudah ada anak-anak ayah bunda tersayang. Pun demikian ketika bunda banyak mengikuti seminar-seminar parenting, membaca artikel/buku, menonton video-video parenting dari ustadz/ustadzah yang jadi rujukan ayah dan bunda dalam menimba ilmu. Semakin jauh bunda belajar, bunda semakin paham bahwa tidak ada gunanya ilmu-ilmu pengasuhan yang bunda pelajari selama ini jika ayah dan bunda tidak dekat dengan Allah. Ada kisah-kisah ulama yang sukses mendidik anak menjadi hafizd/hafidzah tapi nyatanya mereka mungkin tidak pernah belajar ilmu pengasuhan seperti yang banyak bunda dan orang tua lainnya lakukan hari ini. Kedekatan mereka dengan Allah-lah yang menjadikan mereka sukses mendidik anak-anaknya. Ini pekerjaan rumah besar yang harus ayah dan bunda lakukan. Memperbaiki diri setiap hari. Semoga Allah memudahkan ayah dan bunda istiqomah dalam mendekatkan diri kepada Allah. 

Nak.. ilmu tidak saja didapat dengan belajar seperti bunda. Terkadang dari kejadian sehari-hari kita dapat mengambil ilmu dan memetik hikmah. Kita sebagai seorang mukmin harus banyak berfikir dan merenung tentang penciptaan kita di dunia. Mengapa Allah memberikan takdir ini dan itu. Dalam perjalanan menuju tempat kuliah atau perjalanan pulang ada banyak hikmah yang bisa bunda ambil dan ingin bunda bagikan kepada anak-anak bunda tersayang. Perjalanan menuntut ilmu parenting kali ini tidak mudah menurut bunda. Pertama karena tidak diantar jemput oleh ayah dan harus menggendong adik. Biasanya bunda berangkat naik kereta lalu dilanjutkan naik angkot atau ojek. Begitupun perjalanan pulang. Lebih mudah naik ojek online karena langsung diantar ke tempat tujuan dibandingkan naik angkot karena masih harus jalan lagi beberapa ratus kilometer. Ojek online yang sedang tren memang sangat memudahkan urusan banyak orang termasuk bunda. Mudah dan murah. Hanya bermodal koneksi internet sudah bisa memesan ojek online. Dalam beberapa kali perjalalanan bunda terpaksa harus jalan kaki menuju stasiun karena paket internet atau handphone bunda mati. Dalam kondisi seperti itu bunda hanya pasrah saja. Jalan beberapa ratus kilometer, naik turun tangga penyebrangan sambil menggendong adik cukup melelahkan. Bunda menguatkan diri bahwa inilah perjalanan bunda menuntut ilmu. Semoga jejak-jejak langkah bunda dan segala kelelahan bunda dalam menuntut ilmu Allah berikan pahala dan menjadikan anak-anak bunda menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu. 

Satu yang ingin bunda ingatkan kepada kakak dan adik.. Handphone hanyalah sarana kita untuk lebih dekat dengan Allah. Ketika itu digunakan untuk mencari ilmu.. gunakanlah. Ketika itu digunakan untuk menyebarkan ilmu, maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Gadget memang membuat hidup jadi lebih mudah. Tapi apakah kita harus selalu bergantung pada benda kecil yang semakin hari semakin canggih ini? Tidak. Handphone hanya sarana. Sarana kita untuk lebih dekat dengan Allah. Apapun benda yang kita punya hari ini adalah sarana kita untuk lebih dekat pada Allah. Harta, kendaraan, gadget dan lainnya hanyalah sarana kita untuk lebih dekat dengan Allah. Berhati-hatilah jika gadget malah menjauhkan kita dari Allah. 


Depok, 17 April 2017
Menunggu antrian dokter anak.