Sabtu, 03 September 2016

Rasa Itu Bernama Lelah

Dalam sebuah perjalanan jauh terkadang seseorang merasa lelah, bukan cuma badan yang lelah karena perjalanan panjang yang belum kunjung sampai tapi juga pikiran yang lelah karena mengalami berbagai hambatan dan himpitan selama perjalanan. Itu yang bunda rasakan hari ini... Lelah.. Bukan cuma lelah di badan tapi juga pikiran yang lelah. Beberapa hari ini bunda merasakan jauh lebih lelah dibandingkan hari-hari lainnya. Mulai dari bangun di pagi hari mulai pukul 01.30 atau terkadang pukul 02.30 atau pukul 03.00 bunda baru terbangun dari tidur malam yang panjang. Bangun didahului dengan solat tahajud dan tilawah. Lalu mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyiapkan buah atau makanan cemilan bangun tidur untuk kakak. Memandikan kakak dan adik, belanja ke tukang sayur, memasak makanan cepat saji semisal sayur bening yang bisa dimasak paling cepat 10 menit. Lalu mengajar hingga pukul 09.30. Setelah mengajar dilanjutkan dengan mengerjakan tugas guru hari itu, paling lama bisa sampai pukul 12.00. Lalu membersamai kakak dan adik sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang belum dilakukan seperti menjemur baju, melipat pakaian, dan lain-lain hingga kakak dan adik tertidur sekitar pukul 7 atau 8 malam. Setelah itu biasanya bunda pun ikut tertidur kelelahan. Esok paginya berulang kejadian yang sama. Sering menyesal ketika tahu bahwa jam tidur bunda begitu banyak, Harusnya bunda bisa lebih sedikit tidur agar bisa melakukan lebih banyak hal yang tidak bisa bunda lakukan dari bangun tidur hingga kakak dan adik tertidur, seperti menulis blog atau membuat to do list, membaca buku, merencanakan sesuatu, membaca artikel atau percakapan di whatsapp yang belum terbaca karna hampir tidak sempat, ngobrol panjang dengan ayah dan lainnya.

Hari ini bunda lelah dengan aktifitas itu semua..

Membersamai kakak dan adik sama melelahkannya. Masalah toilet training masih terus jadi pe-er buat bunda dan kakak. Kakak masih suka pipis atau pup sembarangan, meski sering juga pamit ke bunda mau pup atau pipis. Sudah beberapa bulan masalah toilet training kakak belum juga tuntas. Pernah bunda marah karna kakak seharian pipis dan pup tidak di kamar mandi. Kalau sudah marah begitu biasanya malamnya bunda jadi lebih lelah ketimbang bunda tidak marah. Dan bunda baru sadar itu kemarin. Kemarin kakak juga pipis dimana-mana tapi alhamdulillah bunda tidak sampai kesal atau marah. Malamnya bunda merasa lebih bahagia ngobrol dengan ayah ketimbang jika hari itu bunda kesal terus. Bunda sering bilang ke kakak, "kalo kakak pipis sembarangan bunda jadi kesel". Kakak paham ketika bunda sedang kesal/marah padanya karna sesuatu yang kakak lakukan. Biasanya kakak akan mendekati bunda dan memeluk bunda sambil bilang "maaf ya bunda". Kalau sudah begitu hati ibu mana yang tidak luluh? Seperti hari ini ketika bunda terbangun dari tidur siang sekejap, lalu menemukan rumah berantakan lebih dari berantakan yang biasanya. Kakak yang melihat bunda dengan wajah memelas karna rumah berantakan langsung mendekap bunda dan bilang "Maaf ya bunda. Bunda marah?" Karna bunda tidak sedang marah maka bunda jawab sejujurnya "engga bunda ga marah". Lalu yang membuat bunda tersenyum kakak bilang "sini.. sini aku peluk". Lalu kakak serta merta mengambil selembar tisu dan mengelapkan ingus di hidung bunda yang keluar begitu saja ketika bangun tidur. Ya Allah sejuknya.. Pun ketika bunda kesakitan karna kaki tersandung ember ketika menjemur baju. Kakak langsung dengan sigap mengambil mnyak but-but lalu mengoleskannya ke kaki bunda yang sakit. Sambil berdoa "bismillah". Ya Allah.. ini anak bunda yang hampir selalu bunda kesali karna belum lulus pipis dan pup di kamar mandi, tapi sangat empati pada bundanya. Seharusnya bunda lebih bersyukur karna dalam diri kakak ada kelebihan dan kekurangan. Bagaimanapun juga kakak dan adik masih anak-anak yang belum berdosa. Kalaupun bunda harus marah, seharusnya marah pada diri sendiri karena sering kurang sabar mengasuh anak-anak bunda.

Satu lagi yang membuat lelah adalah ketika cita-cita memiliki usaha jilbab anak belum kunjung membuahkan hasil dan bunda harus terus berfikir bagaimana caranya memajukan usaha ini sementara waktu bunda terbatas dengan segala aktivitas. Inginnya menyalahkan ayah karna membuat usaha ini juga menjadi beban bunda. Seharusnya ayah saja yang memikirkan usaha keluarga ini, hingga tugas bunda hanyalah membersamai anak-anak bunda tanpa harus mengajar atau memikirkan usaha keluarga.

Hari ini lelah itu berubah menjadi tangisan. Ayah yang ingin bunda salahkan justru malah menenangkan bunda dan mengingatkan bunda kembali bahwa mengajar dan punya TK adalah cita-cita bunda yang Allah kabulkan dengan cara-Nya yang paling indah. Mempunyai anak-anak dan punya tempat tinggal juga salah satu doa bunda yang Allah cepat kabulkan. Walaupun bukan rumah bunda secara milik tapi rumah yang kita tinggali sudah menjadi bagian dari keseharian ayah, bunda, kakak dan adik. Jangan sampai bunda kufur nikmat karena merasa lelah dengan semua ini. Padahal ini semua adalah nikmat yang Allah berikan kepada bunda tanpa menunggu lama. Ayah yang terus menyemangati bunda untuk terus sabar. Tidak sungkan membantu pekerjaan rumah tangga, tidak malu mencuci piring ketika ada bu guru yang lain. Ayah yang senang menggendong dan memeluk anak-anaknya. Kenapa bunda harus menyalahkan ayah? Ya Allah seharusnya lebih banyak bersabar dan bersyukur. Karna ternyata yang bunda anggap lelah adalah nikmat dari Allah dan ujian dari Allah sejauh mana bunda bisa bersabar. Semoga bunda menjadi ibu yang lebih banyak bersyukur dan bersabar karna Allah.. lebih bersabar dalam membesarkan, mendidik, mengasuh dan membersamai anak-anak bunda.

Jumat, 2 September 2016 pukul 24.00 dini hari.

Tidak ada komentar: