Selasa, 15 November 2016

Anak Hujan

Assalamu'alaikum..

Apa kabar anak hujan hari ini? 

Tahu tidak? Hari minggu lalu bunda senang sekali bersama kakak bermain hujan. Bunda lupa kali keberapa bunda bermain hujan bersama kakak. Bunda ingat dulu pertama kali bunda ajak kakak mengenal rasanya air hujan jatuh langsung menyentuh kulit kepala. Hari itu hujan gerimis. Kakak setengah takut tapi ingin ketika bunda tiba-tiba saja mengajak kakak bermain hujan di luar rumah. Di depan rumah kita tidak heran melihat anak-anak menyambut gembira datangnya hujan. Dari balita hingga usia baligh larut dalam kesenangan berakrab ria dengan hujan. Bermain bola tendang, berlari kesana kemari sambil menadahkan air hujan layaknya tarian menyambut hujan, bermain kubangan air dan pasir jalanan sambil melantai di tanah, hingga saling memandikan air kubangan sambil tertawa riang. Tak pernah takut sakit karna hujan, tak pernah takut kotor, juga kadang tak takut petir yang menyambar-nyambar. Inilah mereka sang anak-anak hujan. Mereka yang begitu bergembira ketika hujan datang. Sayang sekali di satu sudut teras rumah ada seorang anak laki-laki duduk dengan khusuk memainkan jari-jemarinya di layar handphone sambil sesekali mencuri pandang ke arah sang anak-anak hujan. Tidakkah ia cemburu melihat sang anak-anak hujan yang sedang bergembira?

Sore itu titik-titik hujan turun begitu lebat. Sementara Ayah sedang menyelesaikan tugasnya di rumah.. bunda, kakak dan adik di rumah mbah. Bunda tanpa ragu mengajak kakak bermandi hujan yang langsung disambut oleh keceriaan kakak. Syukurlah mbah kumis dan mbah uti tidak melarang. Mbah uti paham karna bunda sering mengajak kakak Sarah bermandi hujan di rumah, tapi tidak di rumah mbah. Dimulailah keceriaan kita. Mulai dari menikmati satu tetes demi tetes air hujan yang jatuh dari atas pohon di teras rumah. Merasakan setiap dinginnya tetesan air meresap ke dalam kulit. Hingga menikmati perjalanan dedaunan di selokan besar yang terluap oleh derasnya air. Terlihat jalanan lengang karna hanya bunda dan kakak yang bermain-main bersama hujan. Rasanya agak aneh karna jalanan begitu sepi di kala hujan.

Tapi tak lama bunda merasa bersalah karna ada tetangga yang terusik dengan kesenangan kita. Mungkin ia khawatir bunda dan kakak akan sakit karna dinginnya air hujan. Raut wajahnya menampakkan wajah begitu khawatir, sehingga ia membukakan pintu garasinya lebar-lebar agar kita masuk. Bunda yakinkan padanya bahwa kakak dan bunda sedang bermain hujan. Akhirnya bermain hujan sore itu berakhir dengan seyum riang di wajah kakak. Sementara adik menunggu kita di dalam rumah bersama mbah.

Dari kisah Anas bin Malik.. Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini? Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim).

An Nawawi menjelaskan hadits ini, “Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana. Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan, “Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)

Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan. (Bunda kutip dari tulisan Ustad Budi Ashari di www.parentingnabawiyah.com)

Bermandi hujanlah.. nikmati hujan sebagai sebuah berkah.. bayangkanlah jika yang jatuh dari ketinggian yang demikian bukan tetesan air, melainkan batu.. Apa yang terjadi? Masya Allah.. Betapa baiknya Allah menurunkan hujan dalam tetesan air ya nak..

Rabu, 16 November 2016
Dini hari duduk dalam sepi..

Tidak ada komentar: