Rabu, 14 Desember 2016

Empat Tahun

Suamiku.. Hari ini genap 4 tahun kebersamaan aku dan kau. Hari-hari bahagia, hari-hari sedih, hari-hari ketegangan, hari-hari sulit dan hari-hari dimana aku dan kau tumbuh bersama. Membangun sebuah peradaban kecil di dalam rumah kita. Syukur tiada hingga kepada Sang Pencipta bahwa hari ini kita tidak tumbuh berdua saja, ada dua mujahidah mungil menyertai perjalanan aku dan kau. Memberi pelangi indah dalam rumah kita.

Suamiku.. Ketika kutanyakan apakah engkau bahagia? Kau katakan "Ya". Lalu engkau menatapku sedih. Katamu engkau belum bisa membahagiakanku. Ketahuilah bahwa tulisanku hari ini adalah tulisan kebahagiaanku atas kebersamaan aku, engkau dan dua mujahidah kecilmu. Jikalau ada kesedihan, jakalau ada kesulitan, itulah sunnatullah kehidupan dengan rodanya yang terus berputar. Itulah pembelajaran bagiku, bagimu.. agar terus bersabar, agar terus berjalan menegakkan kepala, agar terus memperbaiki diri, agar terus senantiasa bersyukur kepada Sang Pemilik Waktu.

Suamiku.. Terimakasih telah tumbuh bersamaku hingga hari ini. Bersamamu aku belajar bersabar dengan segala keadaan. Bersamamu aku belajar menjadi seorang istri, seorang ibu yang setiap hari berusaha memperbaiki diri. Bersamamu aku banyak merenungi hikmah dari setiap kejadian. Bersamamu aku belajar mengenal apa itu ikhlas.

Suamiku.. Aku tidaklah sempurna, begitu juga dirimu. Ketidaksempurnaanlah yang menyempurnakan kita. Dengan ketidaksempurnaan kuajak engkau bersama-sama berlelah-lelah dalam ketaatan kepada-Nya, berlelah-lelah dalam pengasuhan, berlelah-lelah dalam kebermanfaatan untuk umat. Karna sebenar-benar tempat istirahat hanyalah di syurga-Nya. Suamiku.. Mungkin tak akan selamanya aku akan membersamaimu dalam perjalanan ini. Mungkin hari ini, esok, lusa, setahun, duatahun, entah kapan waktunya aku akan mati. Meninggalkanmu, meninggalkan anak-anak.. Maka ketika saat itu tiba ikhlaskanlah diriku.. maafkanlah aku.. Ridholah kepadaku. Karna sesungguhnya aku hanyalah tulang rusukmu yang selalu bengkok.

Suamiku.. Ketika aku tak lagi mendampingimu.. carikanlah seorang perempuan yang akan mengasuh para jundimu. Carikanlah ibu untuk para mujahid-mujahidahmu. Perempuan sederhana nan sholeh, perempuan yang kelak akan membawa jundimu menjadi pembela-pembela agamamu. Pahamilah ia visi besarmu mendidik anak. Ajaklah ia memahami bagaimana Islam menjaga fitrah anak. Ajarkanlah ia bagaimana engkau mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi akhir zaman. Jadikanlah ia guru bagi anak-anakmu. Karna sesungguhnya anak-anak adalah tanggung jawab ayah dan ibunya. Bukan kakek neneknya, bukan paman bibinya. Maka jangan biarkan jundimu diamanahkan kepada selain guru sejatinya, ibunya. Cintailah ia sebagaimana engkau mencintaiku. Belajarlah mencintainya sebagaimana aku belajar mencintaimu. Cintailah ia karna Allah.

Suamiku.. Ketika aku mendahuluimu. Hilangkanlah kesedihanmu. Bangkitlah dengan segera. Karena masih banyak tanggung jawab menantimu di depan. Besarkanlah hatimu untuk membesarkan hati anak-anak. Pahamilah orang-orang disekelilingmu bahwa tanggung jawab pengasuhan ada di tanganmu, betapapun sempitnya keadaanmu. Karna sejatinya kesuksesan adalah bukan ukuran dia melainkan bisa membawa serta keluarga

Semoga Allah senantiasa memberkahi waktuku, waktumu, waktu anak-anak hingga selalu dalam ketaatan kepada-Nya.

Istri yang menyayangimu
Dini Kurnianing
Depok, 15 Desember 2016

Kamis, 08 Desember 2016

212

Nak.. malam itu sekitar pukul 11 ayah berbisik lembut di telinga bunda yang sedang tertidur “bunda, ayah berangkat”. Setengah sadar bunda menanyakan kelengkapan perlengkapan yang akan ayah bawa. Ayah tidak dalam tugas kantor nak.. tapi malam itu ayah akan berangkat kembali untuk seruan aksi. Ayah akan berangkat bersama jamaah lainnya berjalan kaki dari Depok menuju Jakarta, Monas tepatnya. Nak.. inilah aksi umat Islam yang ke-3. Setelah aksi sebelumnya tanggal 4 November lalu. Malam itu bunda tidak bisa tertidur nyenyak. 

Nak.. tahukah engkau? Mengapa umat Islam kembali lagi dalam satu kalimat Aksi Bela Islam? Karena tuntutan umat Islam bahwa sang penista agama harus dijerat hukum belum juga terlaksana. Karna itu kami umat Islam kembali lagi bersatu meminta kepada presiden agar hukum ditegakkan. Agar tidak ada lagi orang-orang kafir yang dengan mudah mulutnya menghina Al-Quran. Agar izzah umat Islam tetap terjaga. Maka kewajiban kami umat Islam membela agama kami. 

Nak.. pagi itu bunda merasakan lelahnya membersamai Kakak Sarah dan Adik Shabira sekaligus mengurus pekerjaan rumah tanpa ayah. Ingin sekali rasanya bunda berkeluh. Ingin sekali meminta ayah lekas pulang. Namun bunda membayangkan betapa lelah bunda tak seberapa dibandingkan ayah yang berjalan kaki berkilo-kilometer malam itu. Dan masih belum seberapa dibandingkan umat Islam yang berjalan kaki beralas sandal dari kota Ciamis. Ketika bus-bus dilarang memberangkatkan jamaah aksi ke Jakarta. Maka mereka dengan niat tulus karna Allah berangkat melangkahkan kakinya. Kaki-kaki yang kelak di yaumil hisab akan berbicara memberi persaksian akan jihadnya di dunia. Kaki-kaki yang lecet dan kelelahan sepanjang perjalanan tidak menyurutkan langkah-langkah mereka. Nak.. tahukah engkau.. bahwa  di sepanjang perjalanan menuju Jakarta warga menyiapkan hidangan-hidangan untuk disantap para mujahid Ciamis. Tanpa disuruh, tanpa diminta, tanpa didanai, sungguh hanya karna Allah. Bukan cuma jemaah dari ciamis nak.. Maka jamaah dari dari bogor, dari bandung pun melangkahkan kaki-kakinya menuju Jakarta. Inilah solidaritas islam nak.. mereka ingin merasakan bagaimana jamaah Ciamis berlelah-lelah karna Allah.

Nak.. hari itu Jumat 2 Desember 2016. Jakarta sekali lagi dipenuhi barsisan-barisan putih membentang dari Monumen Nasional, melebar ke jalan-jalan protokol Jakarta sekitarnya. Seperti suasana haji di Mekah. Jutaaan sajadah membentang memenuhi jalan-jalan besar kota. Shaf-shaf berderet dengan rapih. Taman-taman terjaga dari injakan kaki.  Jumat itu tidak kurang tujuh juta umat muslim menunaikan sholat jumat berjamaah. Salah satu sholat Jumat terbesar sepanjang sejarah umat Islam. Setelah sebelumnya Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 menggelar sholat Jumat di sepanjang pantai Marmara hingga selat Golden Horn sepanjang 4 km sebelum menaklukkan benteng Konstatinopel. Nak.. bayangkanlah betapa dahsyatnya kekuatan Islam hari itu. Islam yang hari ini di negeri kami seolah-olah tak dipandang, dihina, dipandang sebelah mata, tapi hari itu juga dipersatukan hatinya oleh Allah dalam satu jamaah.

Nak.. Tahukah engkau.. Jutaan manusia hari itu sungguh dalam perlindungan Allah. Hidangan-hidangan melimpah memenuhi ruas jalan yang sengaja terhidang untuk para mujahid-mujahidah. Angin sejuk dan gerimis kecil melindungi para mujahid dari panas dan pengap karna banyaknya orang.
Nak.. yang lebih dasyat lagi adalah ketika Allah mendatangkan hujan besar di tengah-tengah para jamaah sesaat sebelum sholat Jumat dimulai. Seakan-akan Allah sengaja mensucikan para mujahid. Allah hapuskan lelah, amarah dan meneguhkan hati para jamaah aksi hari itu dengan turunnya hujan sebagaimana Allah SWT berfirman:
اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ  مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ  الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَ 
"(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 11). 

Tak ada satupun jamaah yang bangkit dari shafnya. Semua khusuk, terharu dalam diam sampai akhir solat yang dititup dengan doa qunut yang panjang. Doa qunut yang sering menjadi perdebatan, tapi tidak hari itu. Inilah umat Islam nak.. bersatu dalam naungan Ilahi. Betapa rindunya kami akan bersatunya umat ini nak..

Nak ketahuilah hari jumat adalah hari dikabulkannya doa. Dan engkau tau? Hujan adalah saat mustajab doa-doa diijabah. Bayangkan jika jamaah saat itu berdoa nak.. Bayangkanlah.. para malaikat turun menaungi para jamaah dan mengaminkan doa para jamaah. 

Nak.. betapa irinya bunda kepada para jamaah aksi yang hadir hari itu. Tapi inilah jihad bunda.. mengurus rumah dan dua mujahidah kecil bunda yang kelak akan meneruskan perjuangan ayah dan para mujahid 212 hari itu. Nak.. ingatlah.. tolonglah agama Allah dan Allah akan menolongmu..

Depok, 7 Desember 2016
Sambil memangku adik yang sedang tertidur karna sakit.

Minggu, 20 November 2016

Kisah Ashabul Kahfi



Kisah Ashabul Kahfi
Tujuh Pemuda Penghuni Gua
Di sebuah negeri ada seorang raja bernama Diqyanus. Ia adalah seorang raja yang kufur. Merasa dirinya seperti Tuhan yang patut disembah. 

Rakyat tunduk padanya karena takut akan ancaman dan siksaan darinya.

Tetapi ada tujuh orang pemuda yang tidak mau menyembah sang Raja. Mereka adalah pemuda yang beriman kepada Allah. 

Mengetahui ada tujuh pemuda yang menentangnya, Sang Raja mengundang mereka untuk datang bertemu dengannya. 

Di hadapan Raja Diqyanus, mereka dengan berani menyatakan bahwa mereka hanya beriman kepada Allah. “Tuhan kami adalah Tuhan pencipta langit dan bumi”

Raja Diqyanus marah. Ia mengancam akan membunuh ketujuh pemuda jika mereka tetap beriman kepada Allah. 

Ketujuh pemuda tidak takut dengan ancaman raja. Mereka bertekad akan mempertahankan keimanannya. Lebih baik mati daripada tidak beriman.

Akhirnya mereka sepakat untuk bersembuyi di sebuah gua. Berangkatlah mereka bersama seekor anjing bernama Qitmir sebagai penunjuk jalan.

Setelah sampai di gua, mereka beristirahat dan tertidur. Sementara Qitmir sang anjing berjaga di pintu gua.

Raja Diqyanus memerintahkan rakyatnya untuk mencari mereka. Tetapi mereka tidak pernah ditemukan. 

Waktu terus berlalu, zaman berganti. Raja Diqyanus telah tergantikan oleh raja yang sholeh. 

Mereka kemudian terbangun karena merasa lapar. Pergilah seorang pemuda ke pasar untuk membeli makanan.

Berapa terkejutnya penjual makanan melihat uang si pemuda. Lalu dibawalah si pemuda kepada raja. 

Raja terharu mendengar kisah si pemuda. Kemudian menceritakan kepada si pemuda bahwa ia telah tertidur selama 309 tahun. Sang pemuda sangat terkejut.

Raja kemudian menemui enam pemuda lainnya di gua dan meminta ketujuh pemuda tinggal di istana. Namun mereka menolak dan memilih tinggal di gua hingga akhirnya meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah.

Catatan bunda
Kisah pertama dari Hijaiyah Berkisah diawali dari Huruf Alif diberi fathah yang dibaca "A". Mengapa tidak Alif saja? Karena di Al-Quran banyak huruf berharokat dan sedikit sekali huruf yang tidak berharokat. Dalam pembelajaran mengenal Al-Quran, baiknya mendahulukan yang mudah dan banyak terdapat di Al-Quran.

Petunjuk Orangtua:
1. Print huruf hijaiyah dan kisah di satu lembar kertas A4
2. Gunting dan pisahkan kertas huruf dan kertas kisah
3. Tempel bolak-balik 
4. Atau print bolak-balik huruf dan kisah di kertas A5 (A4 dibagi 2)
5. Laminating
6. Gunakan sebagai flashcard atau tempel di dinding
7. Jika ditempel di dinding: 
- Letakkan gambar huruf di sisi depan
- Bacakan kisahnya terlebih dahulu
- Letakkan di tempat yang sering dilewati anak dan mudah dilihat
- Tunjuk dan ucapkan "A" kapan saja, tidak perlu ada waktu khusus mengaji
- Letakkan huruf di dinding satu-persatu sampai anak hapal lalu tempel huruf lain di dinding yang berbeda
- Buat permainan jika huruf-huruf yang ditempel di dinding sudah banyak

Kritik dan saran membangun silahkan email ke diaryparentingmuslimah@gmail.com

Selasa, 15 November 2016

Anak Hujan

Assalamu'alaikum..

Apa kabar anak hujan hari ini? 

Tahu tidak? Hari minggu lalu bunda senang sekali bersama kakak bermain hujan. Bunda lupa kali keberapa bunda bermain hujan bersama kakak. Bunda ingat dulu pertama kali bunda ajak kakak mengenal rasanya air hujan jatuh langsung menyentuh kulit kepala. Hari itu hujan gerimis. Kakak setengah takut tapi ingin ketika bunda tiba-tiba saja mengajak kakak bermain hujan di luar rumah. Di depan rumah kita tidak heran melihat anak-anak menyambut gembira datangnya hujan. Dari balita hingga usia baligh larut dalam kesenangan berakrab ria dengan hujan. Bermain bola tendang, berlari kesana kemari sambil menadahkan air hujan layaknya tarian menyambut hujan, bermain kubangan air dan pasir jalanan sambil melantai di tanah, hingga saling memandikan air kubangan sambil tertawa riang. Tak pernah takut sakit karna hujan, tak pernah takut kotor, juga kadang tak takut petir yang menyambar-nyambar. Inilah mereka sang anak-anak hujan. Mereka yang begitu bergembira ketika hujan datang. Sayang sekali di satu sudut teras rumah ada seorang anak laki-laki duduk dengan khusuk memainkan jari-jemarinya di layar handphone sambil sesekali mencuri pandang ke arah sang anak-anak hujan. Tidakkah ia cemburu melihat sang anak-anak hujan yang sedang bergembira?

Sore itu titik-titik hujan turun begitu lebat. Sementara Ayah sedang menyelesaikan tugasnya di rumah.. bunda, kakak dan adik di rumah mbah. Bunda tanpa ragu mengajak kakak bermandi hujan yang langsung disambut oleh keceriaan kakak. Syukurlah mbah kumis dan mbah uti tidak melarang. Mbah uti paham karna bunda sering mengajak kakak Sarah bermandi hujan di rumah, tapi tidak di rumah mbah. Dimulailah keceriaan kita. Mulai dari menikmati satu tetes demi tetes air hujan yang jatuh dari atas pohon di teras rumah. Merasakan setiap dinginnya tetesan air meresap ke dalam kulit. Hingga menikmati perjalanan dedaunan di selokan besar yang terluap oleh derasnya air. Terlihat jalanan lengang karna hanya bunda dan kakak yang bermain-main bersama hujan. Rasanya agak aneh karna jalanan begitu sepi di kala hujan.

Tapi tak lama bunda merasa bersalah karna ada tetangga yang terusik dengan kesenangan kita. Mungkin ia khawatir bunda dan kakak akan sakit karna dinginnya air hujan. Raut wajahnya menampakkan wajah begitu khawatir, sehingga ia membukakan pintu garasinya lebar-lebar agar kita masuk. Bunda yakinkan padanya bahwa kakak dan bunda sedang bermain hujan. Akhirnya bermain hujan sore itu berakhir dengan seyum riang di wajah kakak. Sementara adik menunggu kita di dalam rumah bersama mbah.

Dari kisah Anas bin Malik.. Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini? Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim).

An Nawawi menjelaskan hadits ini, “Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana. Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan, “Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)

Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan. (Bunda kutip dari tulisan Ustad Budi Ashari di www.parentingnabawiyah.com)

Bermandi hujanlah.. nikmati hujan sebagai sebuah berkah.. bayangkanlah jika yang jatuh dari ketinggian yang demikian bukan tetesan air, melainkan batu.. Apa yang terjadi? Masya Allah.. Betapa baiknya Allah menurunkan hujan dalam tetesan air ya nak..

Rabu, 16 November 2016
Dini hari duduk dalam sepi..

Senin, 07 November 2016

Aksi Bermartabat

Anak-anakku pemimpin-pemimpin masa depan..

Hari itu bunda terbangun dengan hati membuncah, gelisah..
Hari itu.. hari yang tertulis dalam tinta sejarah..
Sebuah peristiwa menyejarah..
Hari itu ayah berangkat bersama jutaan umat Islam bergerak untuk sebuah Izzah..

Tahukah engkau wahai anakku..
Ayah dan jutaan umat Islam membela kemuliaan Al-Quran..
Ketika Al-Quran dinistakan oleh seorang pemimpin kafir.. siapakah yang membelanya?
Ya.. kami umat Islam..
Maka hari itu bergeraklah Aksi Damai Bela Quran..
Menuntut penista Al-Quran dijera..

Tahukah engkau wahai anakku..
Hari itu menjadi saksi bahwa umat Islam bisa bersatu..
Hari itu menjadi bukti bahwa umat Islam adalah satu..
Hari itu.. mereka datang meluangkan hari untuk tujuan yang satu..

Tahukah engkau anakku..
Betapa gundah bunda hari itu melepas ayah..
Lautan manusia dengan penjagaan dari aparat yang tak ingin kalah jumlah..
Maraknya pemberitaan membuat hati semakin gundah..
Akankah aksi damai ini akan berakhir tetap dengan damai?
Sedikit saja aksi ini dilukai oleh sesuatu yang tidak baik..
Maka sudah dipastikan akan terjadi sesuatu yang buruk yang lebih besar..

Tapi tahukah engkau wahai anakku.. Betapa damainya hari itu..
Hujan tak turun seperti hari biasanya..
Hanya mendung bergelayut melindungi para muhahid pembela Islam dari panas terik..
Barisan-barisan putih rapih bergerak..
Para ulama hadir memimpin barisan..
Seruan-seruan takbir dan orasi memenuhi jalan-jalan..
Menggelorakan semangat para mujahid..
Aparat dan ummat saling bersahabat..
Makanan dan minuman berlimpah..
Para mujahid terjaga dari rasa lapar dan haus..
Tanaman penghias kota, fasilitas umum pelengkap jakarta.. terjaga dalam tempatnya..

Wahai anakku..
Ayahmu ada dalam barisan penyambut kedatangan jamaah..
Menyambut kedatangan jamaah yang seolah tak pernah habis..
Merasakan betapa dahsyatnya kekuatan Islam hari Itu..
Betapa gentarnya terkalahkan oleh seruan-seruan takbir..

Wahai anakku..
Sayang.. hari itu pemimpin kami tak menemui rakyatnya..
Ia pergi meninggalakan ummat..
Ingatlah wahai anakku..
"Seorang pemimpin yang menutup pintunya pada orang-orang yang memiliki hajat padanya, maka Allah pun menutup pintu langit dari segala hajat dirinya"..

Wahai anakku..
Jadilah pemimpin-pemimpin Islam yang berpegang teguh pada agama Allah..
Tolonglah agama Allah..
Jangan biarkan negeri ini sekali lagi dipimpin layaknya oleh pemimpin hari ini..

Jakarta 411 Empatnovemberduaribuenambelas
Ditulis beberapa hari setelah peristiwa

Rabu, 02 November 2016

Hijiyah Berkisah

Assalamu'alaaikum anak-anak ahlul quran.. 

Apa kabar anak-anak bunda hari ini? Semoga iman masih terhujam dalam dadamu nak..

Beberapa bulan lalu bunda mengikuti pelatihan Balita Khatam Quran oleh Ustadzah Sarmini yang diadakan oleh komunitas Home Schooling Muslim Nusantara (HSMN). Berhubung bunda berencana meng-HomeSchooling-kan anak-anak bunda maka grup HSMN ini adalah salah satu upaya bunda lebih dekat dengan aktivitas keluarga Homeschooler. Bunda ingin sekali belajar bagaimana Ustadzah Sarmini membuat metode pada anak balita agar bisa mengkhatamkan Quran. Alhamdulillah dengan support ayah, bunda bisa ikut. Ternyata menarik sekali pelatihannya. Setelah mengikuti pelatihan bunda dengan semangat ingin langsung praktekan di rumah untuk kakak Sarah. Kakak Sarah hari ini usianya dua tahun sembilan bulan dan sudah paham beberapa huruf hijaiyah. Sedang adik Shabira baru berusia sembilan bulan. Belum pas diajarkan baca Quran karna belum bisa bicara. 

Menariknya di awal pelatihan Ibu Sarmini langsung menyuruh para peserta menggambar dua huruf hijaiyah ber-fathah di kertas A4 yang sudah sebelumnya dilipat dua secara horizontal. Peserta menggambar menggunakan spidol yang sudah disediakan panitia. Dua huruf tersebut harus berbeda warna dan harokat fathahnya juga harus berbeda warna. Ketebalan huruf harus 1 cm. Lalu di sekeliling huruf ber-fathah diberi frame yang berbeda dengan warna yang berbeda pula. Huruf yang ditulis haruslah kategori huruf mudah diucapkan oleh anak balita seperti a, ba, ta, la, ma dst. tetapi tidak boleh memiliki bentuk yang sama seperti ba dan ta. Bunda menggambar a dan ba. Bagi bunda menyenangkan karna bunda suka menggambar. Langkah selanjutnya tidak bisa diceritakan disini karna terlalu panjang. Anak-anak bunda bisa berguru kepada Ustadzah Sarmini kelak. Kebetulan beliau punya pesantren bernama Utrujah. Anak-anak bunda bisa belajar di pesantren beliau kelak atau malah bisa berguru untuk menjadi guru cucu-cucu bunda nantinya. Mengapa Ibu Sarmini menyuruh membuat huruf-huruf berbeda warna dengan ketebalan tertentu dan dengan frame yang berbeda pula? Agar anak-anak mudah mengingat gambar huruf-huruf tersebut. 

Pelatihan hampir seharian full lho. Dari pagi hingga menjelang ashar. Bunda membawa serta adik Shabira. Sementara kakak Sarah bersama ayah. Berbagi pengasuhan agar kegiatan menuntut ilmu menjadi lebih efektif. Alhamdulillah bunda bersyukur adik bisa diajak kerjasama. Karena selama pelatihan adik tertidur pulas. Kalaupun bangun Shabira main sendiri dan tidak banyak menangis. Senang sekali rasanya bisa belajar dengan leluasa. Karena keinginan bunda untuk belajar masih sangat tinggi. Terimakasih Shabira sholehah..

Sepulang dari pelatihan dengan semangat bunda ceritakan isi pelatihan ke ayah. Lalu mulai praktek membuat gambar-gambar huruf hijaiyah menggunakan spidol. Setelah mencoba membuat, dalam hati bunda berkata "Lho kok jelek ya? Nanti kalau mau dipraktekkan ke anak-anak TPA di rumah bagaimana? Bunda membuat huruf-huruf ini untuk Kakak Sarah. Nanti bunda harus bikin lagi untuk anak-anak TPA ya?". Dari situlah bunda mencoba membuat gambar huruf hijaiyah versi digital di laptop lalu ditulis di blog bunda. Harapan bunda agar nanti setiap orangtua atau guru bisa menggunakan gambar huruf hijaiyah yang bunda buat dan dapat diakses dengan mudah melalui jaringan internet. Mudah-mudah tidak hanya kakak Sarah yang merasakan manfaatnya tapi juga anak-anak muslim lainnya. Berfikir besar untuk kebermanfaatan umat.. Ini yang bunda bisa lakukan. Kelak anak-anak bunda akan membawa kebermanfaatan bagi umat yang jauh lebih besar.. Mudah-mudahan ini menjadi amal jariyah bunda yang dicatat dan diberi pahala oleh Allah nantinya.. aamiiin.. 

Nah.. supaya belajarnya lebih berkesan, bunda ingin sisipkan sebuah kisah di setiap huruf. Kisah-kisahnya berasal dari Quran atau kisah-kisah orang-orang sholeh, kisah-kisah yang tidak akan lekang dimakan waktu. Tidak akan terkikis oleh zaman. Ketauhilah anak-anakku.. kisah-kisah ini yang akan membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang hebat. Kisah-kisah ini yang akan mengantarkan kalian menjadi pemimpin-pemimpin hebat di masa depan. Resapilah.. masuklah ke dalamnya.. lalu ambillah hikmahnya.. kalian akan menemukan banyak pelajaran dari kisah-kisah ini. 

Selamat manikmati 28 Hijaiyah Berkisah. 

Wassalamu'alaikum..

Kamis, 27 Oktober 2016

Akhlak Rasulullah

Suatu malam aisyah istri Rasulullah gelisah karna Rasulullah tak kunjung pulang ke rumah karna urusan dakwah. Dengan rasa gelisah ia memutuskan untuk menunggu Rasulullah di depan pintu rumah agar ketika Rasulullah pulang ia dapat segera membukakan pintu. Tapi rasa kantuk yang luar biasa membuat aisyah tertidur lelap di depan pintu. Sementara itu di luar, Rasulullah baru saja pulang dari urusan dakwah. Tak ingin membangunkan istri tercintanya, maka beliau memilih untuk tidur di depan pintu berselimutkan udara dingin malam.

Malam itu di awal kehidupan pernikahan kami, ayah pun melakukan hal yang sama seperti Rasulullah. Ayah tidak pulang larut. Hanya saja bunda yang tertidur terlalu cepat karena kelelahan. Ayah yang baru pulang dalam keadaan lelah dan lapar membiarkan bunda tertidur ketika ketukan pintu dan salam tak berbalas dari dalam rumah. Khawatir tetangga mengira hal yang tidak baik jika ayah tidur di teras rumah, maka ayah memutuskan keluar lagi sampai agak malam dengan harapan tetangga sudah tertidur lelap. Maklum ketika itu kami hanya tinggal di kontrakan kecil yang padat.

Terbangun dengan rasa kaget dan merasa bersalah, bunda segera menghubungi ayah agar segera pulang. Saat itu juga bunda ingat kisah Rasulullah. Ketika sampai di rumah bunda tak kuasa menangis dan memeluk ayah. Malam itu bunda menyadari bahwa ayah adalah jodoh yang Allah pilihkan terbaik untuk bunda dengan segala kekurangannya. Malam itu bunda menyadari bahwa ada laki-laki yang lembut yang meneladani rasulnya. Karena hingga malam itu bunda tidak pernah tau ada laki-laki yang rela tidur di luar rumah berselimutkan dingin hanya karna ingin membiarkan istrinya tertidur. Malam itu bunda menangis mengingat betapa lembutnya akhlak Rasulullah dan betapa lembutnya ayah.

Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah ringan tangan membantu pekerjaan istrinya. Rasulullah tak segan menjahit pakaiannya sendiri yang sobek. Begitu pula yang dilakukan ayah. Ayah hanya bertanya dimana jarum jahit dan benang. Ayah tak pernah meminta bunda menjahitkan kancing bajunya yang lepas atau minta jahitkan celananya yang sobek. Kalau kebetulan bunda menjahitkan tasnya yang sobek, mata ayah berbinar-binar sambil mengucapkan terima kasih. Ayah tak segan membantu pekerjaan rumah. Kami buat kesepakatan apa yang bisa ayah bantu dan apa yang harus bunda kerjakan. Misalnya ayah menyapu dan mengepel lantai, bunda memasak dan mencuci baju. Di pagi hari biasanya ayah menggoreng ikan yang sudah bunda bumbui. Sementara ayah menggoreng ikan, bunda memandikan kakak dan ade. Ketika bunda sakit, pekerjaan rumah hampir dikerjakan semua oleh ayah. Karna kami tidak punya khadimat, ayah sangat membantu meringankan pekerjaan bunda di rumah. Sehingga ketika ayah keluar rumah untuk mencari nafkah, bunda bisa membersamai anak-anak bunda dengan tenang.

Sebaik-baik teladan adalah Rasulullah dan sebaik-baik laki-laki di rumah adalah ayah..

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku”. (HR At-Thirmidzi)

Selasa, 25 Oktober 2016

Semangat Menuntut Ilmu


Assalamu'alaikum anak-anak bunda tersayang.. kakak sarah dan ade shabira..
Bunda mau cerita..

Kemarin teman kuliah bunda di Politeknik Negeri Jakarta bertanya ketika ia mengajak bunda reunian bersama beberapa teman dekat. Bunda katakan bunda tidak bisa hadir jikalau reunian hari minggu tanggal 30 Oktober karna ada kuliah. Ia bertanya apa bunda melanjutkan ke S2? Dalam hati sih inginnya seperti itu, melanjutkan kuliah S2. Tapi apa daya waktu, dana dan kesempatan yang belum ada. Lalu bunda sodorkan foto jadwal perkulihan Kuliah Tematik Parenting Mommee. Walaupun belum bisa melanjutkan ke S2, bunda tetap semangat menuntut ilmu.

Sejak bunda hamil kakak Sarah, ayah dan bunda mulai sadar bahwa kami harus belajar jadi orangtua. Walaupun telat kami harus tetap semangat belajar. Baiknya belajar menjadi orangtua dimulai dari mempersiapkan diri sebelum menikah lalu memilih pasangan hidup. Ayah dan bunda belajar mulai dari menghadiri seminar-seminar parenting dari yang tak berbayar sampai yang berbayar. Kalau dana tidak mencukupi maka bunda yang biasanya mengikuti seminar. Ayah dan bunda harus bekerjasama ketika bunda menghadiri seminar-seminar parenting. Apalagi dengan kehadiran kakak dan ade hari ini tidak mudah bagi kami menuntut ilmu. Kakak bersama ayah di rumah lalu ade yang masih menyusui bunda bawa. Itu jauh lebih efektif dan efisien daripada  ayah dan bunda mengikuti semniar bersama mengikutsertakan kakak dan ade. Karna kebutuhan kakak adalah bermain, jadi kadang bosan kalau harus duduk rapih di majelis ilmu. 

Sementara ayah lebih sering mendengarkan kajian-kajian parenting atau lainnya lewat laptop dengan mendownload video lalu dilihat ketika malam hari. Makanya ayah suka tidur malam. Karna hanya di waktu malam hari itu ayah bisa mendengarkan kajian.  Begitulah cara kami menuntut ilmu. Ketika ayah dan bunda hari ini tetap semangat menintut ilmu, bunda juga ingin anak-anak bunda cinta akan ilmu, haus akan ilmu. Karna ketauhilah nak, orang-orang yang menuntut ilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah seperti ayat quran ini.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah (58): 11).

Biasanya setelah seminar bunda menceritakan kembali isi seminar ke ayah sesampainya di rumah sambil berdiskusi ringan. Begitu pula ayah. Ayah akan menyampaikan isi kajian yang menurutnya bagus untuk disampaikan ke bunda. Ngobrol dengan ayah itu sesuatu yang menyenangkan. Mungkin karna bunda perempuan yang butuh mengeluarkan 20.000 kata per hari. Ngobrol dari isi seminar sampai segala unek-unek mengasuh kakak dan ade biasanya tercurah ketika ngobrol ringan dengan ayah di malam hari setelah kakak dan ade tidur. Itu kalau bunda tidak ikut tertidur bersama kakak dan ade. Sering juga ayah dan bunda diskusi ketika makan bersama. Setelah diskusi ringan ayah suka memeluk bunda. Rasanya dipeluk ayah itu lega. Seakan-akan kelelahan bunda hari ini membersamai anak-anak bunda menjadi hilang. Ngobrol dengan ayah lalu dipeluk ayah menjadikan bunda tetap bahagia mengasuh anak-anak bunda. Bunda bersyukur karna ayah paham bahwa bunda butuh bahagia agar bisa mengasuh dengan bahagia. Caranya dengan ngobrol, memeluk bunda atau kadang membawakan sop durian sepulang ngajar. Dan sop duriannya cuma buat bunda, kakak dan ade ga dibagi.. hehehe

Sekian dulu surat bunda..
Mau mempersiapkan diri untuk menuntut ilmu belajar quran.. semangat!!!
Wassalamu'alaikum

Depok, Sabtu 22 Oktober 2016
Pukul 03.52 WIB
Menikmati dinginnya shubuh yang dihiasi hujan..

#sejutaemailuntukanakindonesia
#spiritsemai

Senin, 17 Oktober 2016

Allah sebaik-baik Tempat Meminta


Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu'alaikum kakak Sarah yang lembut..

Ini email pertama yang bunda kirim untuk kakak. Mudah-mudahan ketika kakak membaca email suatu saat nanti, kakak dalam keadaan terbaik dan selalu dalam perlindungan Allah dimanapun kakak berada.
Alhamdulillah hari ini bunda menulis dengan semangat memenuhi tugas SEMAI dari kuliah parenting Mommee. Apa itu Semai? Insya Allah akan bunda ceritakan di surat selanjutnya. 

Tanggal 27 Oktober 2016 nanti kakak berusia dua tahun sembilan bulan. Kakak sudah semakin besar. Sudah pandai makan dan mengambil minum sendiri. Sudah pandai ke kamar mandi sendiri. Sudah pandai memakai jilbab dan celana sendiri. Sudah pandai memilih baju sendiri. Sudah semakin banyak kebisaan kakak.

Pagi tadi kakak membantu bunda menjaga ade di masjid ketika bunda ingin ke kamar mandi. Bunda titipkan anak-anak bunda ke Allah dan percayakan ade dijaga oleh kakak, karna peserta tahsin pagi itu sudah pada pulang dan pengajar-pengajar akhwat sedang solat dhuha.  Ustadzah Anda, bu guru tahsin bunda bilang "Udah punya ade jadi dewasa ya. Adenya dijagain". Alhamdulillah anak bunda sudah semakin dewasa. Terimakasih kakak sudah membantu bunda menjaga ade hari ini. Kelak ketika ayah dan bunda tidak ada. Kakak yang akan selalu menjaga adik-adik dengan penuh sayang karna Allah. 

Oiya ingat tidak kemarin lalu bunda bilang mau belikan quran buat kakak? Itu karna kakak sering merebut quran bunda ketika bunda sedang tilawah. Katanya kakak mau baca quran juga. Mestinya bunda selalu sedia dua quran ketika tilawah ya.. menyiasati kalau-kalau kakak mau baca quran juga. Tapi bunda selalu lupa. Lalu bunda pikir belikan saja quran khusus buat kakak. Jadi kakak sama bunda bisa tilawah bareng. Walaupun baca saja kakak belum bisa, yang penting semangat membaca quran itu selalu ada. Hari ini ternyata keinginan bunda dan kakak terkabul. Tiba-tiba di rumah mbah ada quran kecil mungil berwarna merah diletakkan di sebuah paper bag yang juga mungil bersama sebuah tasbih mungil. Bunda yang penasaran bertanya kepada mbah, punya siapa qurannya? Kata mbah itu oleh-oleh buat Sarah dari Pak Abadi. Ya Allah alhamdulillah ya kak. Itu rizki kakak yang tak diduga-duga. Padahal kita belum sempat berdoa ke Allah kalau kakak mau bunda belikan quran yaa. Sesudah solat kakak suka minta pangku bunda lalu bunda ajak kakak berdoa apa saja yang kakak ingin. Beberapa minggu ini kakak minta sama Allah biar punya sepeda anak-anak, sepatu roda anak-anak, helm anak-anak dan buku. Tapi belum sempat minta quran. Alhamdulillah helm kakak sudah punya. Allah Maha Mendengar permintaan hamba-Nya ya kak. Dan yakinlah Allah akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya apabila kita berdoa. Allah sebaik-baik tempat meminta.

Sekian dulu surat dari bunda.
Peluk erat bunda.
Depok, 15 Oktober 2016
Sambil memandangi kakak yang sedang tertidur..

Sabtu, 24 September 2016

Tentang Bunda

Alhamdulillah umur bunda hari ini sudah menginjak usia 33 tahun. Usia yang tidak muda lagi. Malu rasanya. Alhamdulillah hari ini bunda dikaruniai dua anak perempuan yang lucu dan suami yang sholeh. Rasanya kaya sekali bunda dengan segala kekurangan yang ada. Di hari ulang tahun bunda kemarin, bunda sadar bahwa seharusnya yang diberi kado spesial adalah mbah. Hari itu mbah berjuang hidup dan mati demi melahirkan bunda. Mengalami rasa sakit yang luar biasa terlebih dahulu agar bisa bertemu dengan bunda. Bunda paham rasa sakitnya, karna bunda pernah merasakan rasanya melahirkan. Tahun depan ketika bunda berulang tahun, bunda berjanji insya Allah akan memberi hadiah kepada mbah dan mengucapkan terimakasih karna telah berjuang melahirkan bunda.

Ayah dan bunda sepakat sebelumnya bahwa kami tidak akan merayakan ulang tahun untuk anak-anak ayah dan bunda. Kecuali nanti ketika anak-anak bunda sudah beranjak dewasa (akil baligh). Ayah bilang keika baligh anak-anak harus dirayakan karna hari itu anak-anak sudah tidak lagi menjadi anak-anak tapi sudah menjadi orang dewasa yang segala perbuatannya harus dipertanggungjawabkan sendiri di hadapan Allah.

Bunda kadang membayangkan hari ini di umur bunda 33 tahun, seharusnya anak-anak bunda sudah usia SD. Tapi hari ini kenyataannya kakak baru berumur dua tahun delapan bulan sementara ade baru berumur delapan bulan. Kalau saja dulu bunda menikah lebih cepat, mungkin saja kakak sudah menjadi ade yang keempat misalnya.. Tapi kenyataannya berbeda. Dan bunda bersyukur di usia 33 tahun ini anak-anak bunda masih kecil-kecil. Karna mungkin saja kalau dulu bunda menikah di usia muda, bunda sama sekali tidak pernah terfikir untuk belajar parenting atau telat belajar tentang pengasuhan anak. Mungkin saja dulu kalau bunda menikah muda, hari ini bunda menjadi wanita karir yang bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji yang besar lalu anak-anak bunda tinggal bersama mbah di rumah. Kalau dulu bunda menikah muda, bunda tidak akan menikah dengan suami sederhana yang sholeh yang ketika menikah meminta bunda hanya di rumah untuk mengurus, mengasuh dan mendidik anak-anak. Ya Allah betapa bunda bersyukur hari atas nikmat Allah yang tidak pernah bisa bunda hitung-hitung.

Ketika menikah sampai hari ini alhamdulillah bunda masih istiqomah mengurus anak-anak di rumah. Sempat beberapa kali terbesit keinginan untuk bekerja di luar, tapi ayah selalu mengembalikan niat bunda itu agar kembali ke rumah. Bunda cuma seorang perempuan yang punya banyak keinginan dengan segala keterbatasan dan kekurangan. Dulu bunda ingin disebut sebagai pekerja craft (crafter). Hari ini bunda berhenti bekerja sebagai crafter. Blog craft bunda pun terbengkalai. Lalu bunda ingin menjadi pengusaha di bidang fashion setelah ada kakak. Tapi hari ini usaha jilbab anak yang ayah dan bunda rintis berjalan sangaaat lambat, hingga suatu ketika bunda bilang kepada ayah "bunda ingin berhenti saja" karna begitu penat dengan segala pikiran yang ada. Memikirkan bagaimana mendidik anak-anak, ingin membuat kurikulum homeschooling dan lain-lain untuk anak-anak, memikirkan mengembangkan TK dan TPA di rumah lalu mencari donatur, memikirkan usaha jilbab, memikirkan kegiatan dakwah di salah satu komunitas pecinta quran, sementara kekuatan bunda terbatas. Bunda orang yang mudah sekali lelah. Hingga rencana-rencana yang bunda sudah buat lebih sering menguap begitu saja. Akhirnya satu-persatu kegiatan bunda di luar dihentikan. Bunda tidak lagi aktif bersama komunitas crafter, lalu keluar dari komunitas membaca quran dan kepengurusannya. Usaha jilabab juga sedang off karena masalah teknis di penjahit. Bunda ingin sekali fokus kepada anak-anak bunda. Senin hingga kamis waktu bunda sudah dipakai untuk mengajar. Sementara sabtu minggu ayah dan bunda lebih sering bersilaturahmi ke rumah orangtua. Hingga akhirnya hari ini bunda berkeinginan untuk menjadi penulis saja. Ingin menulis buku tentang parenting, tentang dunia anak-anak.. Dengan menulis seperti ini bunda seseungguhnya sudah jadi penulis ya. Bunda juga sudah punya satu buku tentang craft.

Baiklah hari ini bunda memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan guru untuk anak-anak bunda yang hanya fokus untuk anak-anak, lalu menjadi penulis sambil menjdai guru TK dhuafa dan selanjutnya akan membuat perpustakaan mini di rumah untuk anak-anak TK dan TPA. Apapun yang terjadi anak-anak tetap menjadi prioritas yang utama, bunda harus terus bekerja di rumah. Karna anak-anak adalah investasi di dunia dan akhirat, sayang sekali kalau bunda tidak memanfaatkan momen masa kecil anak-anak untuk mengembangkan karakternnya, akhlaknya dan kecerdasannya.

Selasa, 20 September 2016

Ayah yang Dirindukan

Dulu ayah sering bercerita.. senang rasanya ketika pulang ke rumah. Karena kakak Sarah selalu menyambut ayah dengan suka cita. Bahkan kakak hapal benar suara motor ayah yang berhenti di depan pintu dan bunyi decit suara pintu garasi yang dibuka oleh ayah. Lalu kakak dengan semangatnya memanggil ayah dan serta merta keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga satu persatu menyambut kehadiran ayah di pintu. Senyum ayah pun mengembang sepanjang menaiki anak tangga menuju kamar tempat bunda berdiam menunggu dua orang yang saling merindukan ini. Lalu mulailah kakak bercerita apa yang ia alami sepanjang hari itu bersama bunda di rumah dengan bahasa seadanya yang kalimat-kalimatnya belum tersambung sempurna. Ayah seolah-oleh sangat paham cerita gadis kecilnya lalu mengganggukkan kepalanya beberapa kali tanda memahami dan tak lupa ber"ooo" tanda ayah sangat paham. Padahal kadang ayah harus memandang bunda meminta penjelasan apa yang sebenarnya ingin kakak ceritakan. Hari ini kebahagian ayah bertambah karna ade yang usianya delapan bulan sudah bisa menyambut ayahnya dengan caranya sendiri. Kalau kakak menyambut ayah di depan pintu atau di atas tangga, maka ade akan menyambut ayah di kamar bersama bunda. Ia akan melongok-longokan kepalanya mendengar suara ayah lalu merayap menuju ke arah ayah ketika ayah muncul dari pintu kamar. Kadang malah ade mulai menangis minta digendong ayah. Lalu jadilah bunda orang yang terlupakan sejenak karna tiga orang itu sedang saling merindu. Bunda hanya ersenyum melihat keakraban mereka. Bercanda ria bersama dua gadis kecilnya membuat ayah lupa betapa lelahnya ia hari itu.

Jadi teringat seorang teman ayah yang ketika kami sekeluarga bertemu sedang berada di pelataran Balairung UI setelah lari di jumat pagi. Ia bilang "Masya Allah anak perempuannya dua. Kaya bang kalo punya anak perempuan dua". Sementara ketika saya tanyakan perihal anak si teman ayah.. ia belum dikaruniai anak sejak pernikahannya dua tahun lalu. Semoga Allah memudahkan teman ayah ini agar dikaruniai keturunuan... aamiiin..

Semoga ayah terus menjadi ayah yang dirindukan. Tetaplah lekat dengan anak-anakmu wahai ayah sampai nafasmu berhenti berhembus. Terimakasih sudah menjadi ayah yang baik untuk anak-anak bunda.. 

Minggu, 11 September 2016

Anak Bertanya

Beberapa hari lalu kakak dan bunda membaca buku kumpulan hadits anak bada magrib. Tidak setiap bada magrib bunda membacakan buku, kadang-kadang bunda hanya mengajak ngobrol kakak di tempat tidur bersama ade. Bada magrib memang sering bunda manfaatkan untuk bersama-sama kakak dan ade sambil menemani waktu menjelang tidur. Biasanya antara jam 7-8 anak-anak bunda sudah tertidur pulas. Dan seringnya bunda pun ikut tertidur bersama. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Begitu polanya ya kak..
Hari itu ada yang menarik dari kegiatan membaca buku hadits anak. Ketika di bagian hadits tentang bersiwak atau menggosok gigi ada sebuah gambar seorang anak laki-laki sedang menggosok gigi di wastafel kamar mandi menghadap cermin. Tiba-tiba saja kakak bilang "masa mandinya pake celana". Bunda yang tak pernah terfikir tentang itu jadi bertanya balik pada kakak. "Oiya ya.. masa mandinya pake celana. Kakak kalo mandi pake celana ga?". "Engga", jawabnya polos. Ternyata memang ada yang aneh. Kalau yang dimaksud di gambar anak laki-laki sedang mandi lalu menggosok gigi semestinya memang tidak berbusana. Tapi kan tidak mungkin menggambarkan anak laki-laki tanpa busana di kumpulan buku hadits atau di buku anak manapun. Bisa-bisa tidak jadi terbit bukunya. Makanya di gambar anak laki-lakinya hanya memakai celana pandek. Dalam logika kakak mandi ya tanpa busana tidak memakai celana. Jadi dengan polosnya kakak berkata demikian. Mungkin akan lebih baik si anak laki-laki sedang menggosok gigi sebelum tidur dengan pakaian lengkap dibandingkan gambar anak laki-laki dengan celana pendek ya.
Suatu kali juga pernah ketika bunda sedang setrika baju. Kakak memperhatikan di samping bunda sambil merengek minta memegang setrikaan. Bunda kasih kesempatan sebentar kakak memegang setrikaan sambil memberi pengertian bahwa setrikaan itu ketika dipakai panas harus hati-hati. Lalu yang menarik adalah kakak dengan polosnya bertanya "Kok setrikanya berhenti-berhenti sih?".  Bunda tersenyum dan bilang "iya bajunya dirapihin dulu baru disetrika". Rupanya kakak memperhatikan bagaimana bunda sebentar-sebentar meletakkan setrikaan lalu membenarkan posisi baju lalu mengambil setrikaan untuk melanjutkan menyetrika baju.
Anak bunda sudah mulai kritis rupanya ya.. Bunda harus siap-siap nih menerima seribu tanya dari kakak. Ayah juga sudah mengigatkan bunda. Pesan ayah bunda ga boleh bosen menerima pertanyaan-pertanyaan anak-anak bunda nanti.

Sabtu, 03 September 2016

Rasa Itu Bernama Lelah

Dalam sebuah perjalanan jauh terkadang seseorang merasa lelah, bukan cuma badan yang lelah karena perjalanan panjang yang belum kunjung sampai tapi juga pikiran yang lelah karena mengalami berbagai hambatan dan himpitan selama perjalanan. Itu yang bunda rasakan hari ini... Lelah.. Bukan cuma lelah di badan tapi juga pikiran yang lelah. Beberapa hari ini bunda merasakan jauh lebih lelah dibandingkan hari-hari lainnya. Mulai dari bangun di pagi hari mulai pukul 01.30 atau terkadang pukul 02.30 atau pukul 03.00 bunda baru terbangun dari tidur malam yang panjang. Bangun didahului dengan solat tahajud dan tilawah. Lalu mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyiapkan buah atau makanan cemilan bangun tidur untuk kakak. Memandikan kakak dan adik, belanja ke tukang sayur, memasak makanan cepat saji semisal sayur bening yang bisa dimasak paling cepat 10 menit. Lalu mengajar hingga pukul 09.30. Setelah mengajar dilanjutkan dengan mengerjakan tugas guru hari itu, paling lama bisa sampai pukul 12.00. Lalu membersamai kakak dan adik sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang belum dilakukan seperti menjemur baju, melipat pakaian, dan lain-lain hingga kakak dan adik tertidur sekitar pukul 7 atau 8 malam. Setelah itu biasanya bunda pun ikut tertidur kelelahan. Esok paginya berulang kejadian yang sama. Sering menyesal ketika tahu bahwa jam tidur bunda begitu banyak, Harusnya bunda bisa lebih sedikit tidur agar bisa melakukan lebih banyak hal yang tidak bisa bunda lakukan dari bangun tidur hingga kakak dan adik tertidur, seperti menulis blog atau membuat to do list, membaca buku, merencanakan sesuatu, membaca artikel atau percakapan di whatsapp yang belum terbaca karna hampir tidak sempat, ngobrol panjang dengan ayah dan lainnya.

Hari ini bunda lelah dengan aktifitas itu semua..

Membersamai kakak dan adik sama melelahkannya. Masalah toilet training masih terus jadi pe-er buat bunda dan kakak. Kakak masih suka pipis atau pup sembarangan, meski sering juga pamit ke bunda mau pup atau pipis. Sudah beberapa bulan masalah toilet training kakak belum juga tuntas. Pernah bunda marah karna kakak seharian pipis dan pup tidak di kamar mandi. Kalau sudah marah begitu biasanya malamnya bunda jadi lebih lelah ketimbang bunda tidak marah. Dan bunda baru sadar itu kemarin. Kemarin kakak juga pipis dimana-mana tapi alhamdulillah bunda tidak sampai kesal atau marah. Malamnya bunda merasa lebih bahagia ngobrol dengan ayah ketimbang jika hari itu bunda kesal terus. Bunda sering bilang ke kakak, "kalo kakak pipis sembarangan bunda jadi kesel". Kakak paham ketika bunda sedang kesal/marah padanya karna sesuatu yang kakak lakukan. Biasanya kakak akan mendekati bunda dan memeluk bunda sambil bilang "maaf ya bunda". Kalau sudah begitu hati ibu mana yang tidak luluh? Seperti hari ini ketika bunda terbangun dari tidur siang sekejap, lalu menemukan rumah berantakan lebih dari berantakan yang biasanya. Kakak yang melihat bunda dengan wajah memelas karna rumah berantakan langsung mendekap bunda dan bilang "Maaf ya bunda. Bunda marah?" Karna bunda tidak sedang marah maka bunda jawab sejujurnya "engga bunda ga marah". Lalu yang membuat bunda tersenyum kakak bilang "sini.. sini aku peluk". Lalu kakak serta merta mengambil selembar tisu dan mengelapkan ingus di hidung bunda yang keluar begitu saja ketika bangun tidur. Ya Allah sejuknya.. Pun ketika bunda kesakitan karna kaki tersandung ember ketika menjemur baju. Kakak langsung dengan sigap mengambil mnyak but-but lalu mengoleskannya ke kaki bunda yang sakit. Sambil berdoa "bismillah". Ya Allah.. ini anak bunda yang hampir selalu bunda kesali karna belum lulus pipis dan pup di kamar mandi, tapi sangat empati pada bundanya. Seharusnya bunda lebih bersyukur karna dalam diri kakak ada kelebihan dan kekurangan. Bagaimanapun juga kakak dan adik masih anak-anak yang belum berdosa. Kalaupun bunda harus marah, seharusnya marah pada diri sendiri karena sering kurang sabar mengasuh anak-anak bunda.

Satu lagi yang membuat lelah adalah ketika cita-cita memiliki usaha jilbab anak belum kunjung membuahkan hasil dan bunda harus terus berfikir bagaimana caranya memajukan usaha ini sementara waktu bunda terbatas dengan segala aktivitas. Inginnya menyalahkan ayah karna membuat usaha ini juga menjadi beban bunda. Seharusnya ayah saja yang memikirkan usaha keluarga ini, hingga tugas bunda hanyalah membersamai anak-anak bunda tanpa harus mengajar atau memikirkan usaha keluarga.

Hari ini lelah itu berubah menjadi tangisan. Ayah yang ingin bunda salahkan justru malah menenangkan bunda dan mengingatkan bunda kembali bahwa mengajar dan punya TK adalah cita-cita bunda yang Allah kabulkan dengan cara-Nya yang paling indah. Mempunyai anak-anak dan punya tempat tinggal juga salah satu doa bunda yang Allah cepat kabulkan. Walaupun bukan rumah bunda secara milik tapi rumah yang kita tinggali sudah menjadi bagian dari keseharian ayah, bunda, kakak dan adik. Jangan sampai bunda kufur nikmat karena merasa lelah dengan semua ini. Padahal ini semua adalah nikmat yang Allah berikan kepada bunda tanpa menunggu lama. Ayah yang terus menyemangati bunda untuk terus sabar. Tidak sungkan membantu pekerjaan rumah tangga, tidak malu mencuci piring ketika ada bu guru yang lain. Ayah yang senang menggendong dan memeluk anak-anaknya. Kenapa bunda harus menyalahkan ayah? Ya Allah seharusnya lebih banyak bersabar dan bersyukur. Karna ternyata yang bunda anggap lelah adalah nikmat dari Allah dan ujian dari Allah sejauh mana bunda bisa bersabar. Semoga bunda menjadi ibu yang lebih banyak bersyukur dan bersabar karna Allah.. lebih bersabar dalam membesarkan, mendidik, mengasuh dan membersamai anak-anak bunda.

Jumat, 2 September 2016 pukul 24.00 dini hari.

Minggu, 28 Agustus 2016

Sertifikat ASI S2 Sarah

Hari ini usia kakak Sarah sudah dua tahun tujuh bulan. Alhamdulillah bunda bisa posting sertifikat ASI S2 kakak di enam bulan kedua. Maaf ya kakak, karna bunda telat postingnya. Posting sertifikat ASIXnya ada di blog yang satunya. Biar bareng ade, bunda posting di blog ini aja yaa. Tapi sayangnya ini sertifikat terakhir kakak. Kakak ga punya sertifikat ASI S3 karna kakak berhenti menyusui ketika umur satu tahun tiga bulan. Waktu itu pas bunda hamil ade Shabira. Di awal kehamilan bunda kakak tiba-tiba saja langsung ga mau mimi. Berhenti tiba-tiba dalam dua hari. Sediih sekali ketika kakak berhenti mimi. Selama dua sampai tiga minggu kakak jadi lebih rewel dalam penyesuaian diri tidak menyusui. Alhamdulillah ayah selalu bantu bunda gendong kakak kalau mau tidur malam karna bunda suka kelelahan menggendong kakak seharian. Sejak itu kakak minum susu UHT cair sampai sekarang. Maaf ya kaka karna tidak sempurna dua tahun. Semoga selama satu tahun tiga bulan itu menjadikan ikatan yang kuat antara bunda dan kakak, semoga Allah memberkahi kakak di setiap jenjang umurmu dan menjadikan kakak anak sholehah yang lembut seperti namamu Althafunnisa.. aamiiin..

Jumat, 19 Agustus 2016

Enam Bulan Shabira

Alhamdulillah bulan lalu ade Shabira sudah berusia enam bulan dan sehat. Karna usianya sudah enam bulan artinya ade sudah boleh makan MPASI. Walaupun MPASI nya agak telat dua mingguan karna blender bunda rusak dan harus diservis dulu, tapi gpp ya de.. selama masih mimi ASI bunda ga khawatir. Alhamdulillah ade selalu mimi langsung dari bunda tanpa perantara botol susu atau sendok. Selama enam bulan ini bunda belum pernah merah ASI untuk ade. Artinya dimana ada bunda disitu juga ade. Dibawa-bawa kemana aja bunda pergi. Bunda kasih buah-buahan untuk MPASI ade. Apel, pisang, jeruk, pepaya, mangga, melon. Sekarang sudah mulai doyan dan tau gimana cara nelen makanan dari sendok ya de.

Di usia enam bulan ini ade sudah bisa duduk, tapi didudukin bunda. Duduknya masih belum seimbang. Mulai tengkurep di usia tiga bulan. Terus sekarang sudah lancar bolak-balik tengkurep telentang. Senengnya ngambil semua benda yang ada di dekatnya, tapi ga dimasukin ke mulut. Kakak kalau bangun tidur terus lihat ade senyumnya langsung mengembang.

Minggu, 14 Agustus 2016

Sabar Meminta Maaf

Sabar.. kata ini yang sering kali ada dalam doa-doa saya ketika bermunajat kepada Allah di sepertiga malam. Betapa sabar ini adalah sesuatu yang tidak mudah untuk saya, terutama ketika membersamai anak-anak. Banyak hal yang membuat saya sering kehilangan kesabaran dalam menghadapi anak-anak, terutama kepada kakak yang hari ini sudah berusia dua tahun tujuh bulan. Sarah anak yang ceria. Senang sekali melihatnya ketika sedang ceria-cerianya. Melompat-lompat kesana kemari sambil tertawa mencari perhatian saya dan adiknya. Sering sengaja mengajak saya bercanda ketika akan mandi. Ia akan sengaja berlari ketika saya akan melepas bajunya atau memakaikan bajunya setelah mandi, dengan harapan saya akan mengejarnya lalu kami akan tertawa-tawa ketika saya berhasil menangkapnya. Bahkan tak jarang saya memainkan jari-jemari di tubuhnya, menggelitiknya hingga ia kelelahan. Sementara ade Shabira yang berusia tujuh bulan hanya melihat kami saja, belum paham apa yang saya dan kakaknya lakukan. Mungkin ketika besar nanti kami akan saling gelitik bertiga. Tahu tidak? Ketika saya menulis bagian bercanda dengan kakak, bibir saya tiba-tiba saja mengembang tersenyum-senyum sendiri mengingat keseharian saya bersama kakak. Padahal ketika memandikan anak-anak di pagi hari harus cepat karna saya harus ngajar TK jam setengah delapan. Untunglah TK-nya ada di rumah, kalau bukan di rumah mana bisa saya berlama-lama memandikan anak-anak. Tiba-tiba di bagian ini saya bersyukur sekali bahwa saya adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya bekerja di rumah, sehingga punya lebih banyak waktu bermain dan bercanda dengan anak-anak.

Ya Rabb.. anak-anak hanyalah anak-anak. Bagaimana mungkin saya sering tidak sabar menghadapi mereka. Ketika kakak menangis merajuk dan tidak bisa didiamkan, ketika ia sengaja memukul adiknya, ketika saya mengajar lalu ia menangis tak tau sebabnya.. dan lainnya.. saya menyesal sudah marah kepadanya. Harusnya saya bisa lebih sabar menghadapi kakak Sarah yang ketika dalam kondisi normal begitu cerianya. Walaupun dalam amarah itu tak ada bentakan atau suara keras tetapi tetap saja saya marah. Dan ketika saya marah saya memilih untuk menjauh darinya. Saya sering bilang "Sarah anak yang sabar".. tapi saya sendiri bukan orangtua yang sabar. Bagaimana mungkin saya meminta kakak menjadi anak yang sabar? Ketika marah sudah dilepaskan, maka cuma ada penyesalan. Mengakui kesalahan karna saya marah dan meminta maaf kepada kakak setelahnya. Cuma itu yang bisa saya lakukan untuk mengobati penyesalan saya.

Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak menjadi hal yang mulai saya biasakan. Entah hari itu saya marah kepada anak atau tidak, sebelum tidur saya meminta maaf kepada kakak dan adik. Kadang saya bertanya kepada kakak "kakak marah ga sama bunda hari ini?" lalu ia jawab dengan polosnya "marah". "Kenapa marah?" tanya saya lagi. Lalu ia jawab "iya ngambek Sarahnya, nangis". Saya cuma tersenyum mendengar jawabannya. Ia belum paham kata 'kenapa'. Belum paham hukum sebab akbat. Sehingga kalau ada pertanyaan 'kenapa?' ia belum paham bagaimana menjawab dengan tepat. Tapi sejauh ini kemampuan komunikasinya sangat bagus. Ia bisa menceritakan dengan bahasanya sendiri apa yang lihat dan alami. Bunda bangga padamu nak.

Ya Allah.. betapa dzolimnya diri ini. Maafkan bunda ya nak.. Semoga Allah memberikan lebih banyak kesabaran untuk bunda membersamai anak-anak bunda, persembahan terbaik untuk Allah.

Selasa, 14 Juni 2016

Surga atau Neraka?

Pernah dengar percakapan anak-anak seperti ini "ga boleh bohong lho dosa nanti masuk neraka". Rasanya itu adalah percakapan yang lumrah saya dengar pada anak-anak. Mungkin juga itu salah satu percakapan saya di masa kecil dulu bersama teman-teman sebaya. Adakah yang salah dengan percakapan tersebut? Lalu ada apa dengan percakapan tersebut?

Sejak kecil saya dan mungkin juga sebagian besar anak-anak lebih sering mendengar cerita tentang neraka. Bagaimana kalau ga mau sholat jadi dosa lalu masuk neraka, bohong juga dosa lalu masuk neraka, ngelawan orangtua dosa lalu masuk neraka. Neraka menjadi gambaran utama seorang anak muslim jika melakukan kesalahan. Lalu apakah salah? Tidak salah hanya saja kurang baik. Ustad Herfi Gulam pernah menjelaskan dalam kajian parenting masih dengan tema kurikulum pendidikan anak usia 0-6 tahun. Beliau menjelaskan bahwa baiknya orangtua menceritakan atau mengenalkan kepada anak tentang surga telebih dahulu. Ceritakan bagaimana indahnya surga, bagaimana senangnya berada di surga, bagaimana ketika Allah sayang pada hamba-Nya maka Allah akan memasukkan hamba-Nya ke surga bertemu dengan Rasulullah dan orang-orang yang sholeh. Bukan malah sebaliknya. Apalagi sampai mengancam anak jika melakukan kesalahan akan masuk neraka. Akibatnya anak akan melakukan ibadah karena takut akan neraka, bukan karena sayang pada Allah, bukan karna cinta pada Allah, bukan karna ingin masuk ke surganya Allah. Tanamkanlah kepada anak cinta Allah dan nabi-Nya sejak kecil, insya Allah anak akan melakukan ibadah semata-mata karena ingin disayang Allah. Dan itu masih menjadi pekerjaan rumah buat saya. Bagaimana mengenalkan Sarah tentang surga. Bagaimana membahasakan pada anak dua tahun tentang surga. Saya megenalkan surga dengan mengatakan di surga ada banyak susu, es krim, coklat, permen, apa saja yang Sarah mau pasti dikasih Allah.

Wahai orangtua sudahkah kita menanamkan cinta Allah dan rasul-Nya hari ini?

Minggu, 12 Juni 2016

Sehat Sebelum Sakit

Dulu setelah menikah saya suka protes sama suami karna rumah berantakan,  lantai kotor dan licin. Kebiasaan yang berbeda di rumah masing-masing masih terbawa di rumah tangga baru kami. Ketika saya bilang "lantai kotor amat ya ga disapu sehari" atau "lantai dapur licin ya bekas masak belum dipel". Suami dengan santainya bilang "engga kok bersih". Sampai suka sebel sendiri. Tapi lama-lama kebiasaan bersih di rumah kami bisa saya tularkan kepada suami. Ia malah yang suka protes kalau lantai kotor dan licin.
Ketika anak pertama kami mulai MPASI dan mulai bereksperimen dengan makanan barunya, hampir setiap hari lantai kotor bekas makanan yang Sarah tumpahkan ke lantai. Sementara suami yang bertugas mengecek lantai. Jadilah ia tiap pulang ngajar protes kepada saya karna lantai kotor dan licin. Lalu saya dengan senyum mengembang hanya bilang "kakak lagi belajar makan sendiri yah". Padahal si kakak hampir tidak menyentuh makanannya untuk dimakan sendiri melainkan dipegang, diemut, dibuang dan diawur-awur di lantai. Itu yang membuat saya bersabar-sabar karna susah-susah nyiapin MPASI malah dibuang-buang. Sementara disuapi ga mau. Hiks.. Akhirnya saya pikir ya sudahlah.. Kakak sedang belajar makan sendiri. Dan memang sebelum usianya dua tahun ia sudah bisa makan kacang ijo yang berkuah dengan baik. Paling-paling hanya tumpah sedikit sekali.
Hari ini ketika Kakak Sarah berumur dua tahun, bukan cuma makanan yang berantakan di lantai tapi juga mainan dan buku-buku. Setiap hari hampir selalu begitu. Bahkan kalau mau lewat harus hati-hati karna khawatir mainan atau buku-buku terinjak. Kakak senang sekali menyusun sesuatu, entah itu buku-buku disusun berderet, botol obat-obatan ditumpuk-tumpuk, gelas-gelas plastik, stik es krim, uang logam dan lain-lain. Tapi belum sadar untuk membereskannya. Ketika diajak membereskan malah kabur. Jadilah saya setiap hari membereskannya mainan dan buku-buku nya. Sebuah konsekuensi tidak adanya televisi di rumah kami, maka kami harus menyediakan buku-buku dan mainan atau benda-benda apa saja yang bisa dijadikan mainan.
ketika lelah dan kesal membereskan mainan dan buku-buku kakak saya cukup bersyukur saja. Karna ketika mainan berantakan, buku-buku berserakan.. Alhamdulillah anak-anak dalam keadaan sehat. Karna ketika sakit kakak biasanya hanya rewel minta digendong atau hanya tiduran saja. Wahai ibu bersyukurlah ketika rumah berantakan karna ulah anak-anak, berarti penghuni kecilnya sehat dan ceria.. Alhamdulillah..

Kamis, 09 Juni 2016

Anak Adalah Cerminan Orangtunya

Pernah mendengar slogan ini? Anak adalah cerminan orangtuanya? Jika orangtuanya baik maka baik pulalah anak-anaknya. Dan sebaliknya jika orantuanya tidak baik, tidak baik pulalah orangtuanya.

Selama tiga tahun saya mengajar TK Dhuafa di rumah, saya banyak memperhatikan murid-murid saya. Mulai dari anak-anak murid hingga orangtuanya. Apa yang saya lihat dan alami sering kali saya diskusikan dengan suami di rumah ketika makan atau sebelum tidur. Dari pengamatan saya memang terlihat jelas ada keterkaitan antara perilaku orangtua dengan perilaku anak-anak. Perilaku orangtua cenderung berbanding lurus dengan perilaku anak-anak. Orangtua yang kasar sering memarahi anak cenderung memiliki anak yang kasar pula, suka memukul dan mudah sekali bertengkar dengan teman-temannya. Dan secara umum sebaliknya. Orangtua yang mengasuh dengan lembut akan memiliki anak-anak yang lembut, tidak suka bertengkar dengan teman-temannya dan cenderung menurut kepada guru-gurunya di sekolah. Itu adalah perilaku secara umum yang saya amati. Begitu pula dengan diri saya sendiri. Selama saya hidup, saya memikirkan bagaimana pola asuh dan perilaku bapak ibu saya di rumah dengan perilaku saya. Secara garis besar saya memiliki sifat/karakter yang mirip dengan bapak ibu saya. Baik itu sifat yang baik atau sifat yang buruk. Karena setiap anak dikandung oleh ibunya selama sembilan bulan, disusui selama dua tahun dan selama hidupnya berinteraksi dengan kedua orangtuanya maka sudah sewajarnya, anak-anak akan mewarisi sifat/karakter orangutanya, terutama ibunya. Wallahua'lam..

Selasa, 07 Juni 2016

Mengajarkan Anak Cinta Ibadah

Dalam sebuah kajian yang pernah saya ikuti dengan tema kurikulum pendidikan anak usia 6-12 tahun, Ustad Herfi Gulam mengatakan bahwa orangtua harus memberi kesan baik kepada anak-anak tentang sebuah ibadah. Ibadah apapun itu. Ia memberi contoh puasa. Jangan beri kesan bahwa puasa adalah ibadah yang tidak menyenangkan karena anak harus menahan haus dan lapar sepanjang hari. Ketika anak sedang belajar puasa maka jika ia lapar atau haus tidak mengapa orangtua memberikannya minum atau makanan. Tidak perlu memaksakan kemampuan anak. Jika upaya mengalihkan perhatian anak dari haus dan lapar dengan mengajaknya main misalnya sudah dilakukan tetapi anak masih merasa haus dan lapar maka baiknya berikan apa yang anak mau.

Rasulullah pun pernah mencontohkan bagaimana memberi kesan baik tenang ibadah sholat kepada cucu kesayangannya Hasan/Husein. Ketika Rasul sedang sholat, cucu kesayangannya naik ke punggung beliau. Beliau tidak serta merta bangun dari sujudnya tapi sengaja memanjangkan sujudnya sampai cucu kesayagannya turun sendiri dari punggung beliau.

Meneladani Rasul, saya pun berusaha melakukan hal yang sama. Seringkali ketika sholat kakak naik ke punggung atau malah dengan senangnya naik ke kepala saya berlama-lama. Ia tidak paham bundanya sedang megap-megap mencari nafas. Lain lagi ceritanya ketika saya tilawah. Saya punya target tilawah tertentu dalam satu hari. Biasanya malam setelah tahajud saya tilawah beberapa lembar lalu dilanjutkan siang hari ketika bersama dengan kakak. Namun ada kalanya kakak marah ketika saya minta ijinnya untuk baca Quran. Malah ia pernah mengambil dan melempar Quran dari tangan saya. Ternyata kakak sedang ingin diperhatikan oleh bundanya ketika itu. Kalau saya baca Quran berarti saya hanya akan menunduk dan memperhatikan Quran yang saya baca, sementara kakak ingin saya bersamanya penuh. Melihatnya dan menemaninya mewarnai, membaca buku, menulis dan lainnya. Kakak hanya ingin diperhatikan bundanya. Oh.. betapa saya tidak mengerti tentang dunianya, keinginannya dan apa yang membuatnya bahagia..

Minggu, 05 Juni 2016

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Alhamdulillah dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh rahmat.. Ramadhan..

Ya Rabb betapa nikmatnya bangun malam untuk beribadah kepada-Mu. Rindu sekali dengan bulan ini. Dimana malam-malamnya dihidupkan untuk beribadah, siang-siangnya tenang dan nyaman. Alhamdulillah ramadhan tahun ini anggota keluarga kami bertambah satu. Ayah, bunda, kakak Sarah dan Ade Shabira. Ya Rabb betapa nikmatnya.. semoga Ramadhan ini bisa kami isi dengan baik lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.. aamiin..